SURABAYA – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) dalam peringatan HUT RI ke-72, hari ini, Kamis (17/8/2017) mengatakan bahwa masalah paling serius bangsa Indonesia saat ini adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Pernyataan tersebut ditanggapi oleh Prof Daniel Mohammad Rosyid. Menurut guru besar dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tersebut persoalan paling penting bukan soal kualitas SDM. Menurutnya, SDM di Indonesia justru dirusak oleh paradigma mutu berbasis standar.
“Saat Wajib Belajar diartikan Wajib Sekolah (apalagi sekolah 5 hari), obsesi mutu telah menelantarkan relevansi. Yang terjadi selama ini adalah miseducation of the mass melalui sekolah paksa masal. Warga muda mungkin belajar banyak hal, kecuali menjadi dirinya sendiri yang unik,” ujar Daniel kepada redaksi cakrawarta.com, Kamis (17/8/2017).
Bagi pria yang pernah berkecimpung di Dewan Pendidikan Jawa Timur itu, belajar tidak pernah mensyaratkan persekolahan, apalagi di era digital. Menurutnya, sekolah adalah lingkungan yang buruk untuk belajar. Sebagian karena terlalu nyaman, tanpa tantangan yang nyata. Karakter tidak mungkin ditumbuhkan di sekolah.
“Yang terbaik menjadi tempat belajar adalah keluarga dan masyarakat. Seperti amanah Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan kita,” imbuhnya.
Oleh karena itu, menurut Daniel, ke depan, pemerintah Indonesia didukung seluruh elemen bangsa harus mengurangi dominasi persekolahan, dan lebih mengutamakan perluasan kesempatan belajar yang relevan bagi warga belajar di manapun mereka berada.
“Jika hanya sekolah dan kuliah melulu, maka Soekarno hanya akan menjadi arsitek. Seorang insinyur Soekarno tidak akan pernah menjadi proklamator. Menjadi seorang Bung Karno,” tandasnya mengakhiri penjelasannya.
(bus/bti)
