SURABAYA – Selasa (17/10/2017) Lembaga pemeringkatan perguruan tinggi Quacquarelli Symonds baru saja merilis pemeringkatan perguruan tinggi di Asia yaitu Asian University Ranking (QS AUR). Sejumlah universitas di Indonesia mengalami peningkatan peringkat. Salah satunya adalah Universitas Airlangga (Unair) menempati peringkat ke 171 di tingkat Asia atau naik 19 peringkat dari tahun sebelumnya yang berada pada posisi 190.
Menanggapi rilis tersebut, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair, Prof. Badri Munir Sukoco, P.hD mengatakan hasil tersebut patut disyukuri karena sesuai target Unair yang ingin mencapai peringkat 500 besar di tingkat dunia. Jadi hasil QS AUR ini adalah stepping stone yang positif. Tetapi menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi pihaknya untuk terus meningkatkan kualitas.
Untuk diketahui, berdasarkan hasil dari pemeringkatan itu, misalnya reputasi akademik Unair terhitung tinggi di Asia. Sayangnya, kriteria itu belum diikuti oleh kriteria-kriteria yang lain.
“Unair ada lonjakan nilai di academic reputation. Akademic reputation Unair naik sejumlah 10 poin. Sayangnya, bobotnya hanya 30 persen. Untuk academic reputation ranking kita 95 di Asia. Yang jadi masalah adalah kinerja,” ujar Badri yang baru saja dikukuhkan menjadi guru besar termuda Unair itu.
Kinerja yang dimaksud meliputi beberapa penilaian. Seperti jumlah paper yang dihasilkan dosen di masing-masing fakultas, jumlah dosen yang telah menempuh studi S-3, serta jumlah mahasiswa asing yang belajar di Unair.
“Paper tiap fakultas, staf yang bergelar doktor atau Ph.D, inbound student, ini yang harus kita tingkatkan. Agar target kita bisa tercapai,” ujar dosen yang baru dikukuhkan sebagai profesor itu.
Selain itu, Badri menambahkan bahwa dalam rangka menuju 500 besar dunia tersebut, Unair masih punya pekerjaan rumah lain yakni terkait lambatnya publikasi paper pada jurnal yang terindeks Scopus. Pasalnya, kampus-kampus lain sudah lebih dulu dalam melakukan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi itu.
Berdasarkan keterangan Badri, publikasi dosen Unair pada jurnal yang terindeks Scopus pada 2014 lalu baru ada di angka 111. Namun dinilainya, angka tersebut terus mengalami kenaikan yang signifikan hingga saat ini. Terhitung per 12 Oktober 2017 saja, klaim Badri, ada 286 publikasi dari dosen Unair yang termuat di jurnal yang terindeks Scopus.
Agar mendapatkan penilaian yang tinggi dalam bidang publikasi dan mencapai target 500 besar dunia pada 2019, Badri mendorong para dosen di lingkungan Unair menggandeng dosen dan akademisi lintas kampus bahkan lintas negara dalam melakukan riset dan bukannya fokus pada penelitian bersama rekan sesama Unair saja.
“Kalau kita ikut yang kompetitif, misalnya hibah kerjasama luar negeri, penelitian strategis nasional (PSN), itu akan jauh lebih bagus. Karena kita bisa bekerjasama dengan peneliti dari negara lain, maka dampaknya publikasi kita akan meningkat sekaligus akan menaikkan peringkat Unair baik di Asia dan bahkan dunia,” tandasnya.
(def/bti)