Wednesday, April 24, 2024
HomeEkonomika3 Pasar Tradisional Jadi Pilot Project Program Bebas Kantong Plastik Pemkot Surabaya

3 Pasar Tradisional Jadi Pilot Project Program Bebas Kantong Plastik Pemkot Surabaya

Pelaksanaan penelitian kesiapan pasar rakyat dalam menjalankan program bebas plastik di Pasar Genteng Surabaya, Jumat (3/12/2021). Penelitian ini dilakukan oleh dosen Unair Nita Citrasari bersama anak didiknya. (foto: nita citrasari)

 

 

SURABAYA – Sampah plastik menjadi salah satu masalah lingkungan yang mengundang banyak perhatian. Selain berdampak buruk terhadap lingkungan, penggunaan kantong plastik sekali pakai juga terletak pada taraf yang mengkhawatirkan. Berbagai cara dilakukan demi mengurangi limbah plastik sekali pakai, salah satunya yakni program “Pasar Rakyat Kota Surabaya Bebas Kantong Plastik” yang dinaungi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya.

Untuk mengawal kegiatan tersebut, Pemkot menunjuk pakar lingkungan asal Universitas Airlangga Nita Citrasari S.Si., M.T. menjadi peneliti utama dalam studi program tersebut. Selaku peneliti utama, Nita menyebutkan bahwa plastik sekali pakai merupakan limbah plastik yang mendominasi di Surabaya.

“Sehingga program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai di Kota Surabaya, dimulai dari Pasar Rakyat yang ada di Kota Surabaya,” ujar Nita dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi cakrawarta.com, Selasa (7/12/2021).

Nita menjelaskan bahwa tahap awal dari pelaksanaan program ini ialah meneliti kesiapan pasar rakyat dalam menjalankan program. Setelah menyusuri 67 pasar dibawah pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya, akhirnya ia bersama tim peneliti sampah, yang terdiri atas 25 mahasiswa dari Prodi Teknik Lingkungan Universitas Airlangga mendapatkan tiga pasar yang layak dipilih sebagai pilot project yaitu Pasar Genteng, Pasar Pucang dan Pasar Kapasan. Di ketiga pasar inilah, pada Jumat (3/12/2021) pekan lalu, Nita dan timnya melakukan penelitian diakhiri dengan aksi edukasi dan sosialisasi penukaran tas plastik sekali pakai dengan tas kain.

Dalam penelitian tersebut, Nita menemukan bahwa diperlukan sosialisasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program ini.

“Masyarakat perlu diberikan bukti riil terkait dampak plastik di lingkungan. Contoh penyebab banjir di Pasar Kapasan, yaitu kantong plastik sekali pakai yang masuk dan menumpuk di selokan. Saat selokan dibongkar, akan menimbulkan bau, Jadi disini dampak riil yang dirasakan banjir dan bau sampah,” sebutnya.

Nita berharap akan adanya percepatan penetapan regulasi penggunaan sampah plastik sekali pakai di Surabaya, yang juga dibarengi dengan tumbuhnya rasa cinta lingkungan oleh masyarakat.

“Harapannya agar masyarakat mencintai lingkungannya, salah satunya dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, membawa tas kain atau keranjang saat berbelanja ke pasar, dan lain-lain,” pungkasnya penuh harap.

(pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular