SURABAYA – Pasca peristiwa pembebasan 10 sandera asal Indonesia yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf dan menimbulkan polemik saling klaim kesuksesan, justru dinilai kian menguak keretakan hubungan antara Megawati Soekarnoputeri dengan pihak Istana dalam hal ini Presiden Joko Widodo. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik senior Muslim Arbi kepada redaksi cakrawarta.com pada Selasa (3/5/2016) pagi.
Menurut Muslim, pernyataan Megawati bahwa sandera ditebus sementara pihak Istana sibuk membantah bahwa pembebasan sandera melalui mediasi, tanpa tebusan.
“Pernyataan Istana yang menyatakan pembebasan tanpa tebusan dan berupaya mencoba membantah keterangan Megawati melalui Menkopulhukam misalnya semakin memperjelas posisi masing-masing. Kejadian ini memperlihatkan Mega sebagai kekuatan oposisi yang sudah berseberangan dengan Istana (Jokowi,red),” ujar Muslim Arbi.
Muslim menjelaskan jika memang hubungan Mega dengan Istana masih harmonis setidaknya beliau akan bertanya terlebih dahulu yang pastinya Jokowi akan memberikan informasi yang sebenarnya kepada Mega. Hal tersebut minimal Mega dan Jokowi terlihat tidak berseberangan. “Saling bantah ini memperlihatkan keretakan yang cukup serius antara Mega dengan Jokowi,” tegas Muslim.
Keretakan hubungan ini menunjukkan bahwa komunikasi politik antara keduanya buruk dan bisa berdampak pada hubungan partai koalisi pendukung pemerintahan dengan Pemerintah sendiri. Lebih jauh Muslim memaparkan bahwa kejadian ini juga memperlihatkan Jokowi sudah tidak setia lagi kepada Megawati atau Megawati susah “mengontrol” Jokowi sebagai kader PDIP.
“Jika komunikasi politik yang buruk seperti ini terus terjadi akan menyulitkan posisi Jokowi dan kabinetnya ke depan. Ataukah ini adalah tanda bahwa Mega sudah tidak percaya lagi terhadap Jokowi?” pungkas Muslim dengan nada retoris.
(jat/bti)
