Saturday, May 24, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiKesehatanVaksin TBC Bill Gates Diujicobakan di Indonesia, Pakar Unair: Aman, Jangan Terlalu...

Vaksin TBC Bill Gates Diujicobakan di Indonesia, Pakar Unair: Aman, Jangan Terlalu Paranoid!

Guru Besar Imunologi dan Virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, drh. (foto: dokumen pribadi)

SURABAYA, CAKRAWARTA com – Jagat maya kembali gaduh. Kali ini karena rencana uji klinis tahap tiga vaksin Tuberkulosis (TBC) yang akan dilakukan di Indonesia. Vaksin tersebut bukan vaksin sembarangan—dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat dan didanai langsung oleh filantropis global, Bill Gates.

Warganet pun terbelah. Ada yang menyambut optimis, namun tak sedikit pula yang waswas. Indonesia menjadi lokasi uji coba, bukan tanpa alasan: negeri ini tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak kedua di dunia. Tapi, benarkah Indonesia hanya dijadikan “kelinci percobaan”?

Menjawab keresahan publik tersebut, Guru Besar Imunologi dan Virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, drh, angkat bicara. Menurutnya, masyarakat tidak perlu terburu-buru mencurigai atau menolak uji coba ini.

“Vaksin ini bukan proyek iseng. Sudah melewati dua tahap uji klinis dan dinyatakan aman. Indonesia justru berperan penting untuk masa depan pengendalian TBC dunia,” tegas Prof Fedik.

Vaksin yang sedang diuji ini, lanjutnya, disebut vaksin sub unit. Ia berasal dari protein dua jenis bakteri penyebab TBC: Mycobacterium tuberculosis. Protein khusus yang diambil adalah antigen MTB32A dan MTB39A yang dikombinasikan dengan adjuvant untuk memperkuat daya tahan tubuh.

“Adjuvant-nya unik—AS01E—gabungan dari lemak murni dan ekstrak tanaman Quilla saponaria dari Chile. Tujuannya? Agar tubuh bisa memproduksi antibodi lebih kuat melawan TBC,” papar Prof Fedik.

Aman, Tapi Tetap Diawasi Ketat

Soal efek samping? Prof Fedik menjelaskan bahwa vaksin ini punya reaksi yang relatif ringan. “Kalau hanya mual, pusing, atau nyeri lokal, itu hal biasa. Tapi kalau sampai ada efek serius, seperti kematian atau gangguan berat, tentu uji coba akan langsung dihentikan,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa vaksin hanya akan diuji pada mereka yang belum terinfeksi TBC, agar hasilnya tidak bias.

“Kita tidak sedang bermain-main. Ini untuk menyelamatkan jutaan nyawa,” pungkasnya.

Jadi, uji coba atau uji nyali? Pertanyaan ini mungkin ada di benak sebagian masyarakat. Namun, bagi para ilmuwan, ini adalah pertaruhan ilmiah untuk menyelesaikan penyakit menahun yang hingga kini masih menjadi pembunuh senyap di negeri ini.

Daripada terjebak teori konspirasi, bukankah lebih bijak jika kita mengawal proses ini dengan nalar kritis dan empati, bukan ketakutan membabi buta? (*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular