SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Suasana syahdu menyelimuti Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga (Unair), pada Selasa (17/6/2025), ketika Prof. Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., M.Fin., resmi dilantik sebagai Rektor baru Unair. Ia menggantikan Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., Ak., CA., yang telah mengakhiri masa kepemimpinannya selama dua periode penuh warna.
Bagi sebagian orang, pelantikan itu adalah seremoni akademik biasa. Namun bagi Prof. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, momen tersebut adalah simpul emosional yang menyatukan penghormatan pada warisan kepemimpinan dan harapan tulus untuk masa depan universitas.
Bagi Prof. Santi, satu dekade kepemimpinan Prof. Nasih bukan hanya deretan angka atau ranking internasional. “Beliau membawa Unair ke posisi 287 dunia versi QS World University Rankings dan peringkat 9 dunia dalam THE Impact Ranking 2025. Tapi bagi kami, yang lebih terasa adalah suasana kampus yang tenang, terbuka, dan membangun rasa percaya diri,” tuturnya, Kamis (19/6/2025).
Kepemimpinan Prof. Nasih, katanya, mampu menjembatani keberagaman sivitas akademika dalam semangat gotong royong. “Itu tidak datang dari perintah, tapi dari keteladanan. Beliau membiarkan semua tumbuh, bukan menekan. Ini yang jarang ada di banyak institusi besar,” ujarnya.
Dalam ingatan Prof. Santi, masa pandemi menjadi ujian nyata ketangguhan rektorat. “Di saat banyak kampus limbung, Prof. Nasih justru menata ulang arah gerak. Krisis tak hanya dihadapi, tapi diubah menjadi peluang inovasi. Dan itu dilakukan tanpa gaduh, tanpa dominasi,” katanya.
Kini, estafet berpindah ke tangan Prof. Madyan, figur yang bagi Prof. Santi bukan wajah baru, melainkan bagian dari nadi kehidupan kampus. “Beliau sudah ada di tengah kita sejak lama, memimpin di banyak lini, tahu seluk-beluk organisasi kampus, dan memahami kultur akademik Unair,” ungkapnya.
Menurutnya, Prof. Madyan bukan sekadar penerus, tetapi pemimpin yang siap melompat lebih jauh. “Saya percaya beliau bisa melanjutkan bahkan melampaui yang sudah dibangun Prof. Nasih. Yang penting bukan siapa, tapi bagaimana nilai itu tetap hidup,” ucapnya.
Prof. Santi juga menyambut positif visi entrepreneurial university berbasis sosial yang diusung rektor baru. “Bukan hanya soal kemandirian, tapi juga tentang bagaimana kampus hadir sebagai solusi bagi masyarakat. Ini relevan dengan tantangan zaman,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Santi menekankan pentingnya menjaga identitas kampus sebagai ruang inklusif, bermartabat, dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan. “Prestasi penting, tapi roh kampus lebih penting. Jangan sampai kita hebat di luar, tapi kering di dalam,” ujarnya.
Ia berharap di bawah kepemimpinan Prof. Madyan, rencana penguatan fasilitas riset, pengembangan ruang belajar yang adaptif, serta pusat kolaborasi lintas ilmu dapat menjadi kenyataan. “Tapi di balik semua itu, mari kita jaga suasana kebersamaan ini. Kampus harus tetap menjadi rumah yang aman bagi gagasan dan pertumbuhan manusia,” katanya.
Sebagai penutup, Prof. Santi menyampaikan doa untuk dua tokoh penting yang saat ini berdiri di titik berbeda: satu melepas jabatan dengan penuh hormat, yang lain memulai amanah dengan penuh harap.
“Untuk Prof. Nasih, terima kasih atas keteladanan dan kepemimpinan yang membumi. Untuk Prof. Madyan, semoga Allah SWT selalu meridhoi langkah-langkah beliau dan keluarga. Semoga sehat selalu dan membawa Unair pada masa depan yang makin memberi manfaat bagi umat manusia,” tuturnya, lirih namun penuh keyakinan.
(Laura/Tommy/Rafel)
