Romy kena OTT KPK. 1×24 jam akhirnya ditetapkan jadi tersangka. Mengenakan baju orange dengan tangan diborgol, Romy keluar dari kantor KPK (16/3/2019). Kok diborgol? Biarlah KPK yang jawab. Spekulasi bermunculan. Ada yang bilang: supaya tak lari. Yang lain bilang: agar tak bicara di depan media, karena beban. Macam-macam komentar. Hanya KPK yang punya otoritas menjelaskan.
Romy kelar. Karirnya selesai. Ketua umum PPP ini sudah jadi tumbal demokrasi padat modal. Dia harus hadapi konsekuensi sebagai pencari dan penyedia dana untuk partai. Jadi ketua partai itu berat bro…
Ditinggal Romy, bagaimana nasib PPP? Salah satu partai kebanggaan Umat Islam ini apakah akan ikutan kelar? Ini ujian terberat yang harus dihadapi partai berlambang Ka’bah. Dua ketua umumnya telah menghadapi takdirnya sebagai tahanan KPK, yaitu Surya Darma Ali dan Romahurmuziy, atau sering dipanggil dengan nama kerennya “Romy”.
Kelar Romy, PPP tak otomatis mati. PPP masih punya tokoh kharismatik dan berpengaruh di partai. Malah bisa dibilang tokoh sentral. Besar-kecilnya PPP bahkan sangat dipengaruhi oleh tokoh sentral ini. Dia adalah K.H. Maemoen Zubair.
1998, ketika sejumlah ulama pindah ke PKB, termasuk diantaranya adalah Ma’ruf Amin yang sekarang jadi cawapresnya Jokowi, Sang Kiyai tetap istiqamah berada dan menjaga PPP. Keberadaan Sang Kiyai benar-benar jadi soko guru bagi PPP. Tanpa Sang Kiyai, PPP tak mudah untuk bertahan, terutama ketika banyak tokoh dan kiyai NU hijrah ke partai baru bernama PKB dan meninggalkan PPP.
Dengan kelembutan dan kesabarannya, Sang Kiyai tak bisa diabaikan pengaruhnya bagi eksistensi PPP hingga hari ini. Tidak saja di PPP, Mbah Moen, panggilan akrab K.H. Maemoen Zubair ini, juga punya pengaruh lintas partai. Siapapun calon presiden, tak bisa mengabaikan pengaruhnya.
Pengaruh Mbah Moen makin terasa akhir-akhir ini ketika kedua capres yaitu Prabowo dan Jokowi “berebut doa”. Tragedi “ralat doa” oleh Romy juga sempat ramai di jagat Indonesia. Tragedi ini diramaikan lagi oleh publik saat Romy ditangkap KPK. Banyak yang bilang: Romy kualat sama Mbah Moen. Ah, ada-ada aja.
Siapapun yang nanti akan menggantikan Romy sebagai ketua umum PPP, mesti orang yang dekat dan dapat restu dari Mbah Moen. Ini penting terutama untuk pertama, menjadi jalan tengah dan juru damai atas konflik berkepanjangan dua kubu di tubuh PPP. Kedua, sebagai spirit PPP di tengah ikhtiarnya mengejar elektabilitas hingga 4 persen sebagai syarat minimal elektoral threeshold.
Untuk memenuhi dua kepentingan ini, PPP butuh darah segar. Kehadiran tokoh baru, muda dan energik, serta dapat restu dan support Mbah Moen sangat diperlukan untuk mengakhiri konflik di PPP dan memberi semangat kader mengejar elektoral threeshold.
Salah satu tokoh yang sedang naik daun, dibicarakan kiprahnya oleh publik dan punya pengaruh di kalangan umat adalah K.H. Ahmad Wafi. Orang mengenalnya dengan sebutan Gus Wafi.
Tokoh muda yang berusia 40-an tahun ini selain matang, juga telah lama berkiprah di PPP sebagai ketua DPW PPP Jateng. Gus Wafi juga adalah putra kandung Mbah Moen sendiri. Tentu, support Sang Ayah tak akan diragukan.
Akan lebih mudah Mbah Moen untuk membimbing dan memberi nasehat bagi Sang putra menahkodai PPP dalam perjalanan sejarah politiknya kedepan. Jika ini terjadi, maka PPP seperti akan terlahir kembali.
Gus Wafi, kapasitasnya sebagai ulama yang berpengaruh, diprediksi dapat mengembalikan marwah PPP sebagai partai umat yang oleh Romy sempat dibawa melalang buana keluar dari fitrah dan Khittah keumatan.
Sejak ada rumor bahwa Romy tersandera kasus dan diprediksi tak akan bisa keluar dari bidikan KPK, nama Gus Wafi terus muncul dalam bayang-bayang suksesi di PPP. Di belakang panggung, terjadi pembicaraan intensif oleh sejumlah pengurus pusat PPP. Artinya, banyak yang merindukan PPP kembali ke tangan ulama. Seorang pemimpin berpeci, fasih berceramah agama, punya kharisma dan disegani umat, tapi terasah pengalaman politiknya dan memiliki idealisme yang tak mudah goyah. Gus Wafi adalah salah satu putra K.H. Maemoen Zubair yang punya kriteria itu.
Keuntungan jika Gus Wafi jadi ketua umum PPP, partai Ka’bah ini akan secara otomatis mendapatkan suplai dukungan massal dari para alumni dan santri Mbah Moen. Tidak saja sebagai pendukung, tapi mereka akan jadi mesin mobilisasi yang sangat militan dan efektif.
Santri Mbah Moen bertebaran di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan sebagian luar Jawa. Mereka adalah para ulama dan tokoh di daerah masing-masing. Kendati mereka bukan kader PPP, militansi untuk ta’dzim, melayani dan memenangkan “dzuriyah” kiyai tak diragukan. Bagi para santri, inilah satu-satunya kesempatan paling berharga untuk membuktikan ta’dzim mereka kepada Kiyai. Ini jelas akan jadi energi positif yang akan diperoleh PPP jika dipimpin oleh salah satu putra K.H. Maemoen Zubair.
Jakarta, 17 Maret 2019
Dr. TONY ROSYID
Pengamat Politik