
Surabaya, – Narasi anti-otoritas yang berlindung dalam ide demokrasi perlahan menggerogoti otoritas-otoritas ilmu pengetahuan. Sebagaimana diutarakan Tom Nichols dalam bukunya, The Death of Expertise. Kesetaraan sebagai ide utama demokrasi, menjadi bumerang yang menyerang dua pihak; masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Otoritas dalam tatanan masyarakat akan semakin samar, sehingga muncul kebimbangan di tengah masyarakat berkenaan siapa yang berhak bicara atau berotoritas untuk membincangkan satu topik pengetahuan tertentu, agama misalnya. Kemudian ia juga akan mencampuradukkan bias konfirmasi antara opini awam dengan pendapat pakar. Dari sini relativisme pengetahuan muncul. Opini awam dianggap setara dengan pendapat pakar. Seorang kyai yang mengajar pesantren puluhan tahun dianggap setara fatwanya dengan opini viral seorang anak di media sosial.
Melihat persoalan ini, Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (INPAS) menyelenggarakan sebuah kuliah sehari berkenaan problem otoritas bertajuk, “Special Lecture “Otoritas-Otoritas dalam Islam dan Kedudukannya” bersama Profesor Madya. Dr. Ugi Suharto di Restoran DK 26 Darmokali Surabaya pada Minggu (12/1/2025).
Menurut Ugi Suharto, dalam agama Islam, setidaknya terdapat 6 pokok ilmu pengetahuan yang perlu diikat otoritas-otoritasnya.
“6 pokok-pokok otoritas ini harus betul-betul dipegang. Tidak bisa tidak, yakni otoritas di bidang umum, qiroah, fiqih, hadits, kalam atau aqidah, dan tasawuf,” buka Ugi, sapaan akrabnya dalam kuliah khusus tersebut.

Lebih lanjut, dosen Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) itu mencontohkan, otoritas dalam bidang fiqih. Menurutnya, umat Islam tidak boleh melepas ikatannya dari otoritas 4 imam.
“Dalam bidang fiqih, kita harus mengikatkan diri pada salah satu diantara 4 imam yang utama. Sebab dari merekalah kaidah fiqih yang kita amalkan sekarang dirumuskan. Pertama, Imam Abu Hanifah, lalu Imam Malik, kemudian Imam Syafi’i, ditutup Imam Ahmad,” terang Ugi.
Ugi pun mengajak para audiens yang berasal dari beragam latar belakang dan ormas Islam itu mengenai bagaimana cara menghormati para pemimpin otoritas di masing-masing bidang keilmuan tersebut.
“Terhadap otoritas-otoritas dalam Islam kita harus memuliakan, tidak menyamaratakan, apalagi mengecilkan. Lalu mengikuti, menyambungkan, dan memperjuangkan jalan keilmuannya juga agar senantiasa bersambung dan tidak dikelirukan,” tegas Ugi.
Selain mengadakan kuliah, acara ini juga menjadi ajang peluncuran jurnal iWorldview yang diinisiasi INPAS sendiri. Tak ayal, agenda ini dihadiri beragam peserta lintas usia hingga ormas. Tidak hanya dari kota Surabaya, namun juga dari Sidoarjo, Malang, Madura, Lumajang hingga Tulungagung. (***)
Reporter: Abdel Rafi
Editor: Tommy
Foto: Abdel Rafi