
Surabaya, – Mengawali tahun 2025, sekumpulan pengusaha yang bernaung dibawah bendera Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) Provinsi Jawa Timur(Jatim) menggelar giat “Saudagar Day” yang menjadi ajang berkumpulnya para pebisnis dan pengusaha dari berbagai bidang untuk menuangkan ide dan gagasan serta membuka peluang bersyirkah (sinergi).
Dihadiri sekitar 50 pengusaha senior dan junior, acara berlangsung gayeng di Lantai 4 Gedung Parahita Diagnostic Center Cabang Dharmahusada, Jumat (17/1/2025) siang hingga sore. Diskusi dimulai dengan narasi pembuka dari Ketua Dewan Pembina ISMI Jatim Misbahul Huda yang sekaligus merangkap sebagai moderator.
Menurut Misbahul Huda, Saudagar Day ini rutin dilakukan tetapi sempat mandek sebentar karena kesibukan padat yang luar biasa dan baru dimulai perdana pada tahun 2025 dengan mengangkat tema success story salah satu anggota ISMI Jatim yaitu Sulthon Amien melalui bisnis lab Parahita serta bagaimana melihat dan menangkap peluang bisnis di pemerintahan Prabowo Subianto.
“Seperti disampaikan oleh ulama KH Nuruzzaman bahwa bisnis tanpa topangan sektor power ibarat pesawat tanpa engine. Hanya akan muter-muter terus tanpa sekalipun bisa take off,” ujarnya memberikan narasi.
Misbahul Huda yang sarat pengalaman di berbagai bisnis itu menambahkan bahwa tujuan ISMI Jatim sebenarnya sangat sederhana. “Pertama, membangun jejaring atau networking di antara sesama pengusaha sehingga bisa terjadi scale up. Lalu yang kedua adalah membentuk pengusaha baru,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, para peserta Saudagar Day di-brainstorming oleh pengusaha sukses namun tetap tampil elegan di tengah akumulasi bisnis dan aset yang dikelolanya sebagai Komisaris Utama di Parahita, Sulthon Amien.
“Saya ini hanya anak seorang petani sederhana di kampung yang lulusan IKIP Muhammadiyah (sekarang UM Surabaya, red.). Itupun jarak dari lulusan SMA ke kuliah juga lama,” ujar Sulthon Amien mulai kisahnya.
Lanjut Sulthon Amien, Parahita bermula pada 1987 dengan lab sederhana di Malang antara istrinya dengan seorang temannya yang juga “santri” Sulthon yang kala itu menjadi muballigh gang kecil di Kota Surabaya. Bermula dari Malang lalu ke Surabaya hingga beberapa kota lain seperti Banyuwangi, Yogyakarta, Solo, Banyuwangi hingga Bekasi dan Jakarta.
“Niatnya kan fastabiqul khairat. Berlomba-lomba. Jika orang lain bisa kenapa kita tidak. Intinya fokus dan memiliki competitive advantage dibandingkan pebisnis lain yang serupa,” paparnya memberikan salah satu kunci kesuksesan membesarkan Parahita.
“Jika lab lain buka jam 7 pagi kenapa kami tidak bisa buka jam 6. Jika lainnya tutup jam sekian kenapa kami tidak bisa buka lebih lama dan seterusnya. Intinya dalam membangun institusi bisnis itu kita punya “sesuatu” yang pihak lain belum atau tidak ada,” imbuh Sulthon Amien.
Jika sudah memiliki niat dan tekad kuat, lanjutnya, maka langkah-langkah berikutnya akan menyusul menemukan jalannya. Persis ketika mengawali membuka cikal bakal Lab ini dimana ia menjual motor miliknya satu-satunya.
“Ketika saya tanya istri, gimana modalnya. Dia menjawab kan ada motor. Akhirnya dengan pertimbangan matang kami jual motor dan saya ketika waktu itu ngajar naik bemo. Berikutnya modal juga dengan menjual aset sawah milik keluarga di desa. Alhamdulillah hasilnya seperti sekarang,” paparnya penuh keyakinan.
Sulthon Amien menekankan hal penting dalam menjaga survivalitas bisnis Parahita. Ia menegaskan pentingnya mengenalkan bisnis kita pada anak-anak sejak dini. Sehingga saat waktunya anak memiliki sense of belonging dan ketika harus melakukan regenerasi tidak kesulitan.

“Saya kenalkan bisnis kami pada anak-anak sejak dini. Itu Mizan anak saya sekarang yang jadi Direktur Utama. Saya sudah tidak lagi mengurusi teknis Parahita. Saya di Komisaris Utama sekarang. Ia saya kenalkan dengan bisnis ini sejak muda sehingga sekarang sudah sangat proper dan ready untuk running bisnis ini ke level selanjutnya. Ini pentingnya memperkenalkan bisnis kita pada anak-anak kita sejak dini,” tegasnya.
“Jangan pernah berhenti berpikir kalau kita memang serius mengurusi suatu bisnis,” tandas Sulthon Amien.
Pemateri berikutnya adalah Agus Maksum yang merupakan Tim Ekonomi dan Transformasi Digital Bappenas RI. Pria yang merupakan alumnus ITS itu mengulas mengenai urgensi kedaulatan ekonomi berbasis koperasi dan transformasi teknologi.
“Jadi pemerintahan Prabowo Subianto ini betul-betul serius mendorong penguatan kedaulatan ekonomi berbasis komunitas. Koperasi dikuatkan. Memastikan uang mengalir ke bawah,” papar Agus yang memaparkan materinya langsung dari Jakarta secara daring itu.
Pria asal Boyolali Jawa Tengah itu menyoroti salah satu program utama Prabowo Subianto yaitu rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dimana menurutnya, MBR tidak hanya bicara soal sebuah peluang besar bagi pengusaha untuk bersinergi memberikan rumah murah bagi rakyat dengan mengedepankan sistem keadilan ekonomi dimana penguatan ekonomi berbasis komunitas berupa koperasi nantinya ditransformasi menjadi koperasi digital.
“Saya yakin dan percaya bahwa koperasi digital bisa menjadi tulang punggung dalam menghadapi tantangan ekonomi saat ini dan ke depannya. Termasuk misalnya bagaimana nantinya cryptocurrency dan uang lokal dapat dikembangkan sehingga benar-benar terwujud apa yang dinamakan kedaulatan ekonomi. Apalagi sekarang Indonesia masuk kaukus ekonomi BRICS,” tandasnya.
Acara semakin gayeng dengan diskusi bersama sejumlah pengusaha yang hadir sehingga memperkuat ide dan gagasan yang muncul termasuk peluang terjadinya syirkah atau sinergi dan kolaborasi diantara para peserta seperti saat seorang pengusaha muda bernama Arif Syaifurrizal yang usahanya di bidang percetakan buku dan ternyata setelah curhat mengenai problem yang dihadapi justru terbuka peluang untuk sinergi dan kolaborasi dengan salah satu unit bisnis percetakan buku digital milik Ketua ISMI Jatim Yusron Aminulloh.
Turut hadir pula dalam kesempatan itu pengusaha properti ternama Ismail Nachu, Sekretaris ISMI Jatim Imam Hambali hingga sejumlah pengurus harian ISMI Jatim dan pengusaha Jawa Timur berbagai bidang.

Untuk diketahui, ISMI merupakan Ikatan Saudagar Muslim Se-Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 Desember 2012 oleh 4 organisasi besar yaitu Muhammadiyah, NU, MUI dan ICMI. Sebagai wadah pengusaha muslim Indonesia, ISMI memiliki potensi besar untuk membantu membangun ekonomi yang inovatif, inklusif, dan kolaboratif sehingga dapat menopang pembangunan nasional.
(sulaiman/rafel/tommy)