
JAKARTA – Proposal perdamaian konflik bersenjata Rusia-Ukraina yang diajukan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto memicu kehebohan dan menimbulkan opini pro dan kontra dari beragam pemerhati dan analis politik baik dalam dan luar negeri.
Proposal itu disampaikan Prabowo saat menjadi panelis pada pembahasan “Resolving Regional Tensions” dalam forum internasional Institute for Strstegic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 2023 di Singapura, pada Sabtu (3/6/2023) lalu.
Terkait hal itu, analis politik senior Dr. Rahman Sabon Nama (RSN) menegaskan bahwa langkah Menhan Prabowo merupakan terobosan cermat, positif, dalam resolusi konflik Rusia-Ukraina yang berimbas pada terganggunya perdamaian dunia dan guncangan ekonomi global.
“Bangsa Indonesia sejatinya mengapresiasi Menhan Prabowo Subianto menawarkan sebuah konsep resolusi konflik bersenjata untuk ketertiban dan perdamaian dunia sebagai sikap tegak lurus, berdiri pada landasan konstitusional UUD 1945,” kata Rahman pada media ini, Minggu (11/6/2023).
Pria yang juga Ketua Umum Partai Daulat Kerajaan Nusantara (PDKN) tersebut menyebut bahwa Prabowo Subianto sebagai seorang konstitusionalis, dan taat asas pada garis kebijakan luar negeri Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengejawantah amanat konstitusi UUD 1945 yaitu ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.
Prabowo mem-propose lima solusi damai Rusia-Ukraina. Pertama, melakukan gencatan senjata di bawah PBB. Kedua, masing-masing negara yang bertikai 15 kilometer ke baris baru (belakang) dari posisi depan masing-masing negara saat ini.
Ketiga, keterlibatan pasukan pemantau dan PBB di sepanjang zona demiliterisasi baru kedua negara. Keempat, pasukan pemantau dan PBB terdiri dari kontingen negara-negara yang disepakati.
Kelima, PBB mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa untuk memastikan secara objektif keinginan mayoritas penduduk dari berbagai wilayah sengketa.
Kendati Rusia respek dan menyambut baik proposal usulan Menhan Prabowo dalam forum KTT Menhan Asia dan Eropa pekan lalu di Singapura itu, namun Ukraina menyatakan penolakannya melalui Menhan mereka, Oleksil Reznikov.
Menurut RSN, penolakan Menhan Reznikov atas sebuah usulan atau proposal dari Menhan Pabowo tentu tidak masalah. Alumnus Lemhanas RI ini menengarai bahwa mungkin saja ada tekanan politik dari Amerika Serikat.
“Karena Amerika punya kepentingan menjadikan Ukraina sebagai pengembangan pabrik senjata, masalah minyak, dan pangkalan militer di samping Ukraina juga punya utang dengan AS,” tandasnya.
RSN juga meyakini bahwa penolakan atas proposal perdamaian tidak berdampak politik dalam hubungan bilateral antar Indonesia dengan Rusia dan Ukraina karena politik luar negeri Indonesia adalah non blok bebas aktif.
Hubungan Indonesia dengan Ukraina selama ini, lanjut RSN, juga sangat bagus. Pada 2010, Alumnus Lemhanas RI ini sempat diundang Presiden Ukraina Yanukovich untuk menghadiri Peringatan Perang Dunia II dengan agenda seremoni berdirinya monumen Gong Perdamaian Dunia di Kremenchuk Poltova Ukraina.
RSN urung hadir pada acara simbol perdamaian itu, berkenaan dengan flight warning untuk maskapai penerbangan ke nyaris semua, tak terkecuali ke Ukraina akibat erupsi gunung berapi Eyjafjallajokull di Islandia.
Pada aaat bersamaan, pria asal Adonara NTT itu sedang di puncak kesibukan sebagai Calon Walikota berpasangan dengan artis senior Sandi Harun pada Pilkada Tangerang Selatan periode 2010-2015.
Di penghujung komentarnya, soal hiruk pikuk opini atas proposal resolusi konflik Rusia-Ukraina oleh Menhan Prabowo, RSN menyinggung daya tahan peperangan Ukraina menghadapi Rusia.
“Bisakah Ukraina bertahan menghadapi perang dengan Rusia dalam rentang waktu yang lama setelah sudah 1,5 tahun saling gempur?” tanya wareng Panglima Perang Jelajah Nusantara, Adipati Kapitan Lingga Ratu Loli itu.
Latar pertanyaan itu, ujarnya, bahwa setelah konflik secara terbuka dengan Ukraina pada Februari 2022, Rusia telah memodernisasi 70% peralatan perangnya pada skala kualitas unggulan melebihi negara-negara Eropa Barat, kendati Rusia tengah diembargo Amerika dan sekutunya.
Itu sebabnya, menurut RSN, alangkah baik manakala solusi damai yang diusulkan Menhan Prabowo diterima dengan prasangka bersih dan terbuka oleh dua negara bertikai.
“Musababnya, tiada perang yang tiada berakhir, ketimbang berakhir dengan kerugian wilayah kedaulatan Ukraina secara meluas dan tetap dalam suasana perang tak berujung,” pungkas RSN.
(rafel/bti)