Friday, May 9, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiKesehatanDiabetes Pada Anak Meningkat, Pakar: Banyak Faktor Yang Jadi Penyebabnya!

Diabetes Pada Anak Meningkat, Pakar: Banyak Faktor Yang Jadi Penyebabnya!

ilustrasi. (foto: istimewa)

SURABAYA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa tren kasus diabetes pada anak melonjak sejak 2010. Data surveilans dari UKK IDAI mencatat, lonjakan yang terjadi dari 0,028 per-100 ribu menjadi 2 per-100 ribu pada 2023. Artinya, kasus ini meningkat hingga mencapai 70 kali lipat.

Dokter spesialis anak Fakultas Kedokteran Unair, dr. Nur Rochmah, SpA(K) mengatakan bahwa diabetes yang terjadi pada anak kebanyakan adalah diabetes tipe satu.

“Tipe satu ini beda dengan diabetes yang terjadi pada orang dewasa. Kalau dewasa ini kebanyakan diabetes tipe dua,” katanya pada media ini, Kamis (9/2/2023).

Secara umum, menurut Nur Rochmah, diabetes pada anak dibagi menjadi tiga yaitu diabetes tipe satu, diabetes tipe dua, dan diabetes monogenik.

“Diabetes tipe satu terjadinya lebih awal dibanding diabetes tipe dua, sekitar usia 6 bulan sampai usia anak. Diabetes tipe dua anak sering dilaporkan terjadi pada usia anak atau remaja. Sedangkan diabetes monogenik terjadinya bisa di usia yang lebih kecil lagi misal saat masih bayi,” paparnya.

Nur Rochmah menyebutkan bahwa penyebab terjadinya diabetes tipe satu adalah faktor genetik dan lingkungan. Kedua hal ini akan mengakibatkan sel beta pankreas rusak. Sel ini akan membantu tubuh menghasilkan insulin yang akan memproses gula agar bisa dicerna oleh tubuh.

“Jadi pasien akan butuh tambahan insulin seumur hidupnya. Untuk kasus ini pasien lebih sering datang dengan keadaan emergency yaitu ketoasidosis diabetikum,” terangnya.

Ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes, dimana kadar keton dalam tubuh berlebihan. Kondisi ini bisa ditandai dengan munculnya bau mulut yang seperti buah.

“Komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan, penurunan kesadaran, sampai kejang,” ujarnya.

Sementara itu, terkait diabetes tipe dua dapat terjadi saat anak memiliki berat badan yang berlebih.

“Diabetes tipe dua berasal dari anak yang gemuk kemudian terjadi resistensi insulin. Hal ini dapat terlihat pada bagian leher yang menghitam. Jadi pabriknya yaitu pankreas masih normal,” tuturnya.

Sedangkan pada penderita diabetes monogenik terjadi akibat adanya perubahan genetik.

“Gejala variasinya macam-macam dan bisa terjadi awal saat bayi,” katanya.

Faktor genetik sering disebut memiliki peran paling besar terjadinya diabetes pada anak. Namun ternyata genetik hanya memiliki peran sebanyak 20% dari faktor yang ada.

“Faktor gen yang bersinggungan dengan lingkungan baru muncul proses autoimun kemudian mengakibatkan kerusakan pada sel beta pankreas. Orang tua yang diabetes belum tentu anaknya diabetes juga,” jelasnya.

Ada beberapa tanda dan gejala yang harus diwaspadai terhadap kasus diabetes pada anak dimana salah satunya adalah kencing yang berlebihan.

“Kalau anak sudah ada tanda-tanda banyak kencing, semalam bisa mondar-mandir ke toilet lima kali atau lebih itu sudah harus hati-hati dan segera bawa ke dokter,” saran Nur Rochmah.

Selanjutnya, tanda atau gejala yang dapat ditelusuri adalah berat badan pada anak yang meningkat drastis dibanding sebelumnya.

“Mungkin anaknya selama pandemi berat badan naik banyak misal awal covid 15 kilogram lalu setelah pandemi jadi 30 kilogram kejadian seperti ini harus diwaspadai dan dibawa ke dokter untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya diabetes. Gemuk itu tidak lagi lucu tapi bisa berisiko diabetes,” jelasnya.

Nur Rochmah meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan bahwa diabetes tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun anak juga memiliki risiko yang sama.

“Yang perlu diperhatikan bahwa selain orang dewasa, anak-anak itu bisa terkena diabetes, lho. Sering tidak disadari awalnya jadi datang ke pelayanan kesehatan kebanyakan dalam keadaan gawat sampai memerlukan perawatan di ICU,” terangnya.

Karenanya, menurut Nur Rochmah, peran orang tua sangat penting guna mengatur asupan nutrisi yang diberikan pada anak.

“Orang tua perlu mengatur asupan nutrisi yang masuk ke anak. Jangan terlalu banyak yang manis-manis. Dilihat juga apakah ada gejala mengarah diabetes atau tidak. Kalau ada, segera bawa ke dokter,” pungkasnya.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

5 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular