Thursday, May 22, 2025
spot_img
HomeGagasanKolomGelar " Doni Tokan " Untuk Fadli Zon dan Inspirasi Bentara Kebudayaan...

Gelar ” Doni Tokan ” Untuk Fadli Zon dan Inspirasi Bentara Kebudayaan Flores Timur

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon saat menerima gelar kehormatan dengan nama Fadli Zon Doni Tokan dari Suku Lamatokan di Desa Sukutokan, Kecamatan Klubagolit, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (27/4/2025). (foto: Rahman Sabon Nama)

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon dianugerahi gelar “Doni Tokan”, sebuah gelar kehormatan dari Suku Lamatokan Pulau Adonara Flores Timur saat ia berkunjung ke Desa Sukutokan, Kecamatan Klubagolit, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kunjungan ini merupakan rangkaian pegelaran Festival Budaya Exsotik Lamaholot di Pulau Adonara,  pada Minggu (27/4/2025) lalu.

Anugerah gelar itu, menandai Fadli Zon menjadi orang pertama yang dinobatkan menjadi Keluarga Besar Lamaholot Suku Lamatokan dengan kesejatian diri adat ” Fadli Zon Doni Tokan” .

Menteri Fadli Zon mengapresiasi penganugerahan gelar adat kebudayaan itu dengan respek penuh penghargaan.

“Saya merasa sangat terhormat atas penghargaan dari para tetua adat, kepala suku, dan masyarakat Adonara atas penobatan sebagai bagian dari Keluarga Besar Lamaholot, khususnya Lamatokan,”  ujar Fadli Zon.

Tentu, imbuhnya, penghargaan ini bukan hanya sekedar perayaan budaya semata. Namun merupakan pengingat bagi saya pribadi untuk aktif sebagai bagian dari penjaga budaya dan tradisi Lamaholot yang sangat kaya dan beragam.

Doktor sejarah dari Universitas Indonesia ini, pun menghimbau agar masyarakat lebih berperan aktif dalam upaya pemajuan kebudayaan daerah. Ditengah era globalisasi saat ini,penting bagi kita untuk melestarikan tradisi dan budaya agar tak lekang oleh zaman.

Menteri yang juga berlatar akademis sastra budaya (Universitas Indonesia) mengekspresikan kekagumannya atas kekayaan kesustraan budaya di Nusa Timur (NTT) ini, berupa lebih dari ratusan bahasa tanah (native) dan khususnya Kepulauan Solor Watan Lema (Pulau Alor, Lembata, Solor, Flores Timur Daratan dan Pulau Adonara) terdapat lebih dari 80 rumpun suku dengan beragam bahasa.

Kekayaan budaya itulah terjaga, terawat dan menemukan kesehatiandiri dan kemandiriannya sebagai kedaulatan kebudayaan, kala berjayanya Kerajaan Adonara Sunda Kecil (sekarang NTT)
Kerajaan berdaulat itu yang melahirkan Adipati Kapitan Lingga Ratuloli seorang panglima perang laut, yang diutus Kerajaan Adonara membantu beberapa kerajaan di Nusantara dalam pertempuran melawan penjajah, Portugis dan Belanda. Antara lain Kesultanan Buton dan Kerajaan Luwu Sulawesi, Kerajaan Lingga- Riau, Kesultanan Siak Sri Indrapura Riau, Kerajaan Aceh dan Kesultanan Johor dan Malaka -Negara Bagian Malaysia.

Kini, Sang Panglima Perang Jelajah itu telah tidur dalam ketenangan dan damai di makamnya yang terletak di Bukit Tara Alen Desa Lamahala Adonara. Oleh Ir.Soekarno, Presiden RI pertama, menerintahkan Menteri Agama RI memugar makam Ulama Pejuang Sang Kapitan yang dijuluki dalam sejarah sebagai Panglima Perang Jelajah Nusantara, walau bangunan makamnya bersahaja sebagai Memoral Perjuangan Pahlawan Indonesia.

Makam itulah yang layak dijadikan Situs Sejarah, merespon Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon ihwah perlunya melestarikan situs situs sejarah dan budaya di seantero bumi Kepulauan Solor Watan Lema adalah nama wilayah dibawah kedaulatan panji panji Angkatan Perang Kapitan Ratuloli.

Respon Menteri Fadli Zon yang kontemplasi nilai budaya dan sejarah perlu menginspirasi masyarakat Kepulauan Solor Watan Lema menjadi Bentara Kebudayaan dalan menjaga, melestarikan dan melanggengkan kekayaan budaya sebagai pusaka turun temurun di Bumi Solor Watan Lema. Pada point ini peran Antonius Doni Dihen selaku Kepala Daerah Bupati Flores Timur, menjadi sangat penting , dengan dukungan masyarakat, tokoh adat,pemuka agama,ulama dan rohaniwan, tokoh pemuda dan kalangan intelektual setempat.

Peran penting sebagai Bentara Kebudayaan diperlihatkan generasi Solor Watan dahulu kala, hingga berdiri Kerajaan Adonara pada Abad 16 . Peran itu diungkap dalam bentuk parikan atau pantun nasehat yang heroik.

Suri asa goran teti
Arin nala lau tena pehen ua basa lui.
Kakan nala rae tana Solor watan lema pehen suri noon belida nio lewo laga Tana Nusa Tadon Adonara Solor Watan Lema Suri asa goran teti.

Artinya : “Adik menjaga dilima pantai pulau dengan tongkat pemerintahan. Kakak menjaga di daratan dengan pedang dan tombak menggemparkan seluruh desa dan wilayah Nusantara Warisan Panji Keberanian Kapitan Ratuloli.”

Parikan bermuatan petuah adat ini esensial memfatwakan bahwa tidak hanya kedaulatan wilayah geografis laut dan daratan platform Bumi Solor Watan Lema yang dijaga dan dipertahankan,tetapi juga kedaulatan kebudayaan dengan pranata nilai yang luhur dan adiluhung harus dijaga dan dilanggengkan.

 

RAHMAN SABON NAMA

Alumnus Lemhannas RI

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular