Thursday, May 22, 2025
spot_img
HomeGagasanSuatu Hari Nanti, Dunia Tanpa Buku

Suatu Hari Nanti, Dunia Tanpa Buku

Bayangkan tahun 2050.
Lilo, seorang anak berusia 10 tahun, tinggal di kota yang serba canggih. Di sana, tak ada lagi buku. Rumah-rumah sunyi dari lemari berisi cerita. Sekolah tak lagi mengajarkan huruf demi huruf. Bahkan perpustakaan berubah menjadi ruang sunyi penuh layar hologram.

Semua pengetahuan ditanam langsung ke dalam otak melalui chip kecil di balik telinga. Tak perlu membaca. Tak perlu membayangkan. Semua berjalan cepat, praktis, efisien.

Awalnya, Lilo bahagia. Ia tak perlu bersusah payah memahami. Semua sudah tersedia. Tapi perlahan, ada yang hilang. Ia merasa… kosong. Semakin dunia memudahkan, semakin ia kehilangan sesuatu.

Ia tahu banyak hal, tapi tak tahu cara merasakannya.
Ia tahu cerita, tapi tak bisa ikut berpetualang di dalamnya.
Ia bisa menjawab soal, tapi tak pernah benar-benar bertanya.

Sampai suatu hari, di loteng rumah neneknya, ia menemukan sebuah benda asing, tua, dan berdebu. Sebuah buku cerita. Judulnya: Petualangan di Hutan Ajaib.

Lilo membuka halamannya. Membaca pelan-pelan. Kata demi kata. Kalimat demi kalimat.
Ia tersenyum. Ia tertawa. Ia tersesat di hutan penuh makhluk ajaib, pohon yang berbicara, dan langit yang bersinar warna-warni.

“Kenapa tak ada lagi buku seperti ini?” gumamnya pelan.

Sejak hari itu, Lilo mulai mencari buku-buku lain.
Ia pergi ke sudut-sudut kota tua. Bertemu dengan orang-orang yang masih menyimpan harta berupa lembaran cerita.
Ia mengajak teman-temannya. Mereka membentuk Klub Petualang Kata. Mereka membaca, menulis, dan berbagi kisah. Layaknya anak-anak yang dulu memenuhi taman bacaan.

Dan di sanalah, Lilo menemukan kekuatan yang tak bisa ditanam lewat chip: kekuatan imajinasi.

Hanya karena ia mau membuka buku, menyusuri kata, dan membiarkan pikirannya mengembara.

Dunia tanpa buku, ternyata benar-benar hampa.
Seperti malam tanpa bintang.
Seperti langit tanpa pelangi.
Seperti sayur tanpa garam.

Hari ini, banyak yang begitu cinta pada teknologi, hingga lupa pada kekuatan sederhana dari membaca. Padahal buku tak hanya menyimpan informasi—ia menghidupkan empati, rasa ingin tahu, dan mimpi yang tumbuh pelan-pelan.

Jangan biarkan masa depan kehilangan keajaiban karena kita berhenti membaca.
Karena dunia tanpa buku… adalah dunia tanpa jiwa.

Salam hangat, salam literasi.

 

SYARIFUDIN YUNUS

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular