Menjelang Pemilu 2024, terdapat tiga calon kuat yang bersaing untuk menjadi Presiden Indonesia, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Ketiganya putra terbaik negeri ini. Mereka berusaha melakukan manuver politik, melobi elit partai politik, mendapatkan perhatian media dan menonjolkan perbedaan-perbedaan yang mereka miliki agar diminati oleh rakyat sehingga berhasil terpilih dalam Pemilu yang akan digelar pada 14 Februari 2024. Politik pemilu adalah politik serba mungkin dan tentu harus disertai ikhtiar dan strategi dengan tujuan jelas yaitu memenangkan pemilu untuk berkuasa.
Di media massa dan media sosial, ketiga calon presiden direpresentasikan oleh jejaring think tank mereka yang terorganisir dan terlihat mulai aktif dalam melakukan propaganda politik. Media massa menunjukkan antusiasme dalam mengukur dan mendiskusikan pergerakan politik ketiga kandidat beserta partai-partai pendukung mereka. Hal yang sama juga terjadi di media sosial, di mana ketiganya melakukan pemasaran dan branding politik yang kuat, terutama melalui platform Instagram dan Youtube.
Sesungguhnya, semua kandidat potensial belum cukup kuat untuk menyampaikan visi dan misi politik yang lebih mendalam, struktural ideologis, relevan dan berkelanjutan. Namun, manuver partai politik sangat terlihat sehingga tiga kandidat capres masih terpaku dan menunggu instruksi politik yang lebih mengutamakan kemenangan politik dalam Pemilu daripada pemaparan dan sosialisasi visi dan misi politik kepada masyarakat.
Ketiga kandidat telah menunjukkan berbagai strategi kecil yang terlihat di ruang publik dan dalam media massa dan media sosial. Tentu, strategi ini akan makin terlihat setelah pasangan setiap kandidat mulai jelas. Sejauh ini, baru Anies Baswedan yang berani melamar Muhaimin Iskandar. Ganjar dan Prabowo masih mencari skema terbaik untuk memenangkan pertempuran politik Pemilu 2024 ini
Strategi Ganjar
Ganjar Pranowo memiliki strategi yang terlihat mengandalkan simbol dan dukungan dari PDI-P yang memiliki basis pemilih yang kuat dan militan di Jawa Tengah dan Bali. Ganjar terlihat sebagai kandidat yang santai, sederhana, hati-hati dan masih jarang menyuarakan pandangan politik. Ia terkesan tampil seiring dengan gaya sederhana Jokowi dan sepertinya akan mewarisi gaya kepemimpinan Jokowi.
Bahkan, acap kali Ganjar tampil konyol seolah tak punya ambisi politik dan bukan orang yang pintar bersilat lidah. Tetapi, Ganjar tentu saja didukung maksimal oleh banyak aktifis nasionalis yang khawatir kepemimpinan pasca Jokowi akan menghancurkan agenda ekonomi politik yang telah dirintis Jokowi.
Pertimbangan kaum nasionalis lainnya adalah latar belakang Ganjar dipandang masih lebih baik dibandingkan Prabowo yang berasal dari militer dan bagian dari Orde Baru, dan juga masih lebih baik dari Anies yang dipandang hanya pandai bersilat lidah dan potensial memanfaatkan kalangan Islam untuk membangun polarisasi politik
Strategi Anies
Anies Baswedan terlihat memposisikan dirinya sebagai kandidat yang cerdas dan mendorong keadilan sosial yang sangat dibutuhkan oleh rakyat. Bahkan, ia menawarkan arah yang berbeda dari pemerintahan Jokowi sebelumnya.
Anies awalnya didukung oleh partai politik yang menyebut dirinya sebagai koalisi perubahan, yang terdiri dari partai Nasdem, PKS, dan Demokrat. Ketiga partai ini memiliki kepentingan sebagai oposisi untuk mempertahankan eksistensi partainya dari dominasi PDI-P. Tetapi, koalisi ini kemudian ditinggalkan oleh Partai Demokrat karena Anies telah melamar Cak Imin sebagai Cawapresnya per 2 September 2023.
Sebelumnya Anies terlihat didukung secara tidak langsung oleh kekuatan kritis masyarakat sipil yang cenderung tidak puas dengan kebijakan ekonomi dan politik Jokowi. Bahkan akhir-akhir ini, manuver politik dari tokoh-tokoh masyarakat sipil seperti Rocky Gerung dan Refly Harun makin eskalatif untuk mencari celah demi menguatkan diskursus perubahan oposisi dan membelokkan suasana kebatinan politik massa rakyat. Namun, bergabungnya Cak Imin akan mendorong Anies dan pendukungnya untuk mencari alternatif wacana politik yang dapat diterima oleh semua kalangan, terutama kaum Nahdiyyin.
Strategi Prabowo
Prabowo Subianto mengambil pendekatan yang berbeda lagi. Ia didukung oleh partai Gerindra. Ia berusaha merangkul semua basis pemilih dari berbagai kalangan, dari kelas atas hingga bawah, dari kalangan agamawan hingga sekuler, dan dari pendukung rezim maupun oposisi.
Bahkan, Prabowo juga berhasil mendapatkan dukungan dari Budiman Sudjatmiko belakangan ini, yang dapat membantu menghilangkan propaganda Black Campaign yang menyebut Prabowo sebagai sosok yang otoriter, militeris, dan bengis.
Prabowo selalu dikampanyekan oleh aktivis 98 seperti Adian Napitupulu sebagai calon presiden yang pernah terlibat dalam kontroversi penculikan aktivis mahasiswa dan bahkan dugaan upaya kudeta pada tahun 1998. Imej ini menyandera Prabowo sebagai calon presiden sejak berkompetisi dari tahun 2009.
Namun, sejauh ini Prabowo Subianto memiliki potensi besar dalam pertempuran politik di 2024. Terdapat tiga alasan utama. Pertama, sejak tahun 2008, Prabowo telah aktif dalam melakukan kampanye dan telah dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Prabowo berhasil merangkul berbagai kalangan dari atas hingga bawah, termasuk mendapatkan dukungan dan restu dari Presiden Jokowi. Tetapi Prabowo harus lebih banyak belajar lagi menjadi media darling agar branding politiknya makin tajam.
Kedua, Prabowo memiliki personalitas yang tabah, gigih, kuat, dan pintar. Bahkan, ia secara strategis adaptif mengubah watak politik dan personalnya. Prabowo terlihat hanya kalah pesona dan wibawa dari Jokowi. Saat ini Prabowo masih masih mampu mempertahankan pesona dan wibawanya dalam hal power mengontrol partai politik, bagian dari Menteri Jokowi, kecerdasannya dan pergerakan politiknya yang makin signifikan belakangan ini di pulau Jawa dan Sumatera .
Ketiga, faktor finansial yang dimiliki Prabowo menjadi salah satu keuntungan besar. Dengan memiliki uang dalam jumlah besar, ia memiliki potensi besar dalam pertempuran politik elektoral yang memerlukan biaya sangat tinggi hingga triliunan rupiah. Hal ini memungkinkan Prabowo untuk menarik perhatian pemilih yang cenderung melihat politik secara pragmatis, dengan fokus pada memenangkan pemilu.
Survei terakhir dari LSI di bulan Juli menunjukkan bahwa Prabowo mendapatkan dukungan sebesar 35,8%, sementara Ganjar mendapatkan 32,2%, dan Anies mendapatkan 21,4%.
Hasil survei ini menguatkan tren positif Prabowo sejak Maret 2023 dan mudah dipahami mengingat reputasi Prabowo yang gigih menjadi kandidat presiden sejak 2009, secara tak langsung mendapat restu dan dukungan dari Jokowi, kampanye yang mulai lebih ramah, dan tim sosial medianya berhasil membangun citra positifnya.
Peluang Politik Identitas
Politik identitas menjadi bagian dari opsi politik dan strategi calon presiden dan tim sukses. Terdapat dua jenis politik identitas yang akan dimainkan. Pertama, politik identitas konservatif, yang bertujuan untuk meraih kemenangan politik dalam pemilu. Politik identitas ini mendorong polarisasi antara pendukung dan lawan untuk memetakan pemilih dan menarik pemilih berdasarkan emosi dan identitas.
Kedua, politik identitas radikal, yang menekankan pada wacana tentang kaum marjinal dan mereka yang terpinggirkan oleh sistem kekuasaan yang berhasrat meraih keadilan sosial serta hancurnya tatanan oligarki.
Alhasil, beberapa kandidat di menit terakhir mungkin menawarkan politik identitas radikal untuk terjadinya perubahan besar yang bisa lebih baik dari era Jokowi. Namun, politik identitas radikal ini harus bisa menawarkan lebih dari apa yang telah diapresiasi positif oleh publik dari era Jokowi yang mencapai dukungan hingga 70%.
MUHAMMD THAUFAN ARIFUDDIN
Pengamat Media dan Demokrasi serta Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas