Thursday, September 18, 2025
spot_img
HomeSosial BudayaHistoriPekerja Anak di Masa Kolonial: MSI Jatim Ajak Publik Refleksi Lewat Webinar...

Pekerja Anak di Masa Kolonial: MSI Jatim Ajak Publik Refleksi Lewat Webinar Sejarah

Flyer informasi acara webinar sejarah MSI Jatim. (foto: istimewa)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di balik gemerlap sejarah kolonial, terdapat kisah-kisah getir yang jarang disorot: jeritan anak-anak yang dipaksa bekerja di usia dini demi kepentingan ekonomi penjajah. Cerita ini kembali diangkat ke permukaan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Jawa Timur lewat sebuah webinar sejarah bertema Pekerja Anak pada Masa Kolonial yang digelar pada Sabtu (26/7/2025) malam.

Lebih dari sekadar diskusi daring, acara ini menjadi ruang refleksi bersama tentang luka sosial yang diwariskan sistem kolonial yakni eksploitasi anak sebagai tenaga kerja murah dalam perkebunan, pelabuhan, tambang, hingga rumah tangga elite kolonial.

Webinar yang dimulai pukul 19.00 WIB ini menghadirkan dua narasumber utama dari kalangan akademisi: Dr. Hayu Adi Darmarastri dari Universitas Sebelas Maret dan Dr. La Ode Rabani dari Universitas Airlangga. Keduanya memaparkan dengan lugas bagaimana anak-anak Indonesia dipaksa bekerja di bawah sistem kolonial yang tidak hanya eksploitatif, tetapi juga tak memberi ruang masa kecil yang layak.

“Anak-anak kerap dilibatkan dalam kerja fisik yang dianggap ringan, padahal kenyataannya mereka dijadikan alat untuk menekan ongkos produksi,” ungkap Dr. Hayu. Ia menyoroti sektor perkebunan sebagai salah satu ladang eksploitasi terbesar, dengan praktik kerja anak yang sistematis namun kerap dianggap remeh.

Dr. La Ode Rabani dalam gilirannya mengulas realitas di luar Jawa, khususnya di wilayah-wilayah yang terkena dampak langsung dari Politik Etis. Alih-alih membawa kemajuan, kebijakan itu justru menciptakan jurang ketimpangan dan memperluas lingkaran eksploitasi anak-anak.

“Bahkan anak usia enam tahun sudah dilibatkan dalam kegiatan produksi. Ini bukan sekadar kerja, tapi pemiskinan sistemik yang menjerat hingga ke ranah keluarga,” tegasnya. Ia menekankan pentingnya regulasi modern untuk memastikan hal serupa tak terulang di masa kini.

Ruang Sejarah yang Hidup dan Menggugah

Acara ini dibuka oleh Ilham Baskoro dari Universitas Airlangga sebagai host, serta sambutan pembuka dari Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., Ketua Umum MSI Jawa Timur. Dalam sambutannya, Prof. Purnawan menekankan pentingnya menghadirkan narasi sejarah alternatif yang selama ini terpinggirkan.

“Sejarah tak melulu soal nama besar dan peristiwa politik. Ada sejarah kemanusiaan yang harus kita buka kembali yaitu sejarah anak-anak yang jadi korban sistem,” tegasnya.

Moderator Galang Patria Dwipantara, S.Pd., guru sejarah dari SMA Negeri 1 Kalianget, memandu jalannya diskusi yang berlangsung hingga pukul 21.00 WIB. Antusiasme peserta terasa dari banjir pertanyaan yang masuk selama sesi tanya jawab. Peserta datang dari latar belakang beragam seperti mahasiswa, peneliti, guru, hingga masyarakat umum.

Diskusi ditutup dengan harapan agar refleksi sejarah semacam ini bisa mengubah paradigma keluarga dan masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak. “Anak bukan tulang punggung ekonomi keluarga. Mereka adalah penentu masa depan bangsa,” ucap moderator dalam penutupnya.

Acara ini juga disiarkan langsung melalui kanal MSI Jatim TV dan mendapat tanggapan positif dari publik. Banyak peserta berharap agar diskusi seperti ini dapat dilanjutkan secara berkala, mengangkat tema-tema sejarah yang selama ini terpinggirkan dari buku pelajaran maupun ingatan kolektif.

MSI Jatim dalam beberapa tahun terakhir konsisten mengangkat sejarah-sejarah sosial dan kemanusiaan yang tersembunyi di balik narasi besar nasional. Webinar ini adalah salah satu bentuk keberanian untuk menyuarakan sejarah dari sudut yang lebih manusiawi.(*)

Kontributor: Ilham B

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular