Friday, December 19, 2025
spot_img
HomePolitikaYenny Wahid: Gus Dur Menghormati Perbedaan, Termasuk Perempuan

Yenny Wahid: Gus Dur Menghormati Perbedaan, Termasuk Perempuan

Putri Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid saat menyampaikan pesan dan kesannya dalam momen Haul ke-16 Gus Dur sekaligus tasyakuran atas penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, di Taman Bungkul, Surabaya, Kamis (19/12/2025) malam. (foto: Barikade Gus Dur Jatim for Cakrawarta)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, menegaskan bahwa sosok Gus Dur bukan hanya dikenal sebagai pembela kelompok minoritas dan pluralisme agama, tetapi juga sebagai figur yang menaruh penghormatan tinggi kepada perempuan.

“Banyak kelompok non Muslim merasa terlindungi oleh sikap Bapak yang menghormati perbedaan. Namun ada satu keistimewaan lain yang sering luput disorot, yakni bagaimana Gus Dur memuliakan perempuan,” ujar Yenny dalam Haul ke-16 Gus Dur sekaligus tasyakuran atas penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, di Taman Bungkul, Surabaya, Kamis (19/12/2025) malam.

Acara haul yang digelar Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Jawa Timur itu dihadiri lebih dari seribu pecinta Gus Dur. Hadir pula Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Akhmad Jazuli, Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Ilhamullah Sumarkan, serta sejumlah tokoh lintas agama dan masyarakat.

Yenny membuka orasinya dengan melantunkan Shalawat Fatih. Ia menyampaikan harapan agar doa bersama tersebut membawa keteduhan bagi bangsa. “Semoga dosa kita diampuni dan bangsa ini diberi kesejukan,” ujarnya.

Direktur Wahid Institute itu kemudian menuturkan pandangan Gus Dur tentang keberagaman. Menurutnya, ayahandanya meyakini bahwa perbedaan merupakan kehendak Tuhan yang tidak bisa diseragamkan. Bahkan, kata Gus Dur, tidak ada satu pun manusia di bumi yang benar-benar sama.

“Jumlah manusia di dunia ini miliaran, dan tak satu pun yang identik. Bukan hanya agama atau suku, bahkan sidik jari pun berbeda. Karena itu, Tuhan tidak menilai manusia dari fisik, tetapi dari ketakwaannya. Lalu mengapa kita memusuhi perbedaan?” kata Yenny mengutip pemikiran Gus Dur.

Gus Dur, lanjutnya, juga kerap mengatakan bahwa jika Tuhan menghendaki manusia satu agama, hal itu sangat mudah dilakukan. Namun, justru perbedaanlah yang menghadirkan keindahan kehidupan. “Seperti bunga yang berwarna-warni, itu indah karena beragam,” ujarnya.

Dalam kehidupan keluarga, Yenny mengenang Gus Dur sebagai sosok ayah yang tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan. Ia bercerita bahwa sejak ia masih bayi, Gus Dur terlibat langsung dalam pengasuhan domestik.

“Ibu pernah bercerita, Bapak yang mengangkat saya untuk disusukan, mencuci popok, mencuci piring, bahkan membantu ibu berjualan kacang. Bagi Bapak, yang penting bukan laki-laki atau perempuan, tetapi siapa yang hidupnya memberi manfaat,” tutur Yenny.

Penghormatan kepada kelompok rentan juga tercermin dalam kebijakan Gus Dur saat menjabat presiden. Menurut Yenny, ayahandanya memberi perhatian besar kepada wong cilik, termasuk memperjuangkan kenaikan gaji pegawai rendahan seperti anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

“Itulah teladan Bapak. Haul ini bukan hanya mencari berkah, tetapi meneladani nilai-nilai beliau: menghormati perbedaan, menghormati perempuan, dan menghargai wong cilik. Hidup itu harus memberi manfaat bagi sesama,” kata Yenny.

Asisten Administrasi Umum Sekdaprov Jawa Timur Akhmad Jazuli, yang mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menyebut gelar Pahlawan Nasional bagi Gus Dur mungkin baru diberikan menjelang haul ke-16, tetapi secara moral Gus Dur telah lama menjadi pahlawan rakyat.

“Beliau adalah pahlawan bagi mereka yang merasa dilindungi dan dimanusiakan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Pdt Simon Filantropa dari Gereja Kristen Indonesia (GKI). Ia mengaku selalu mengenang Gus Dur setiap bulan Desember. “Desember itu bulan yang membahagiakan karena Natal, tapi juga menyedihkan karena Gus Dur wafat pada 30 Desember,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Pdt Simon mengutip dua pernyataan Gus Dur yang menurutnya relevan hingga kini, yakni “Perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi” dan “Demokrasi hanya mungkin jika hak-hak minoritas dijamin”.

Haul Gus Dur juga dihadiri Anggota DPD RI Lia Istifhama serta Wakil Ketua Umum DPP Barikade Gus Dur Sudarsono Rahman. Rangkaian haul serupa dijadwalkan kembali digelar di kediaman Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Sabtu (20/12/2025) malam, dengan menghadirkan Nyai Sinta Nuriyah Wahid, KH. Ahmad Mustofa Bisri, Mahfud MD, KH. Abdul Hakim Mahfudz, serta sejumlah tokoh lintas agama.(*)

Editor: Tommy dan Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular