Tuesday, October 14, 2025
spot_img
HomePendidikanKiai Mahrus Aly: Rumah Tangga Bukan Tempat Mendominasi, tapi Meneladani Akhlak Nabi!

Kiai Mahrus Aly: Rumah Tangga Bukan Tempat Mendominasi, tapi Meneladani Akhlak Nabi!

KH Mahrus Aly Lirboyo. (foto: istimewa)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Dalam dunia pesantren, nama KH Mahrus Aly dikenal sebagai ulama besar, guru para kiai, sekaligus sosok panutan yang mengakar kuat dalam tradisi Nahdlatul Ulama. Namun di balik ketokohannya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kiai Mahrus menyimpan keteladanan lain yang tak kalah mendalam: bagaimana mencintai dan menghormati istri sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan peneladanan terhadap Rasulullah.

“Menghormati istri itu bukan kelemahan, tapi kemuliaan akhlak laki-laki,” ujar Kiai Mahrus pada berbagai kesempatan semasa hidupnya.

Bagi Kiai Mahrus, rumah tangga bukanlah ajang adu kuasa antara suami dan istri. Rumah tangga adalah tempat laki-laki belajar merendah, bukan mendominasi. Di sana, cinta yang mungkin memudar akan berganti dengan rasa hormat yang mampu menumbuhkan cinta baru, setiap hari.

Menjadikan Istri sebagai Ratu

Kiai Mahrus tidak sekadar membantu urusan domestik. Ia benar-benar menempatkan istrinya sebagai ratu di rumah, bukan sekadar pelengkap. Dalam banyak cerita yang beredar di kalangan santri, beliau bahkan lebih sering menundukkan suara dan emosinya ketika berbicara dengan sang istri, bahkan di tengah perbedaan pendapat.

“Jangan bangga apabila kalian bisa marah di rumah. Banggalah jika kalian bisa membuat istri kalian tersenyum, meski sedang lelah,” pesan beliau kepada para santri.

Di tengah kesibukan sebagai ulama besar, Kiai Mahrus Aly tetap menjalani kehidupan rumah tangganya dengan penuh kelembutan. Ia menjahit bajunya sendiri. Ia menyuapi istrinya dengan penuh cinta. Semua itu bukan sekadar romantisme sesaat, tapi wujud nyata dari peneladanan terhadap Rasulullah Muhammad SAW.

Warisan Akhlak untuk Anak dan Generasi

Menurut Kiai Mahrus, cara seorang suami memperlakukan istrinya akan diwariskan secara diam-diam kepada anak-anak. Seorang ayah yang menghormati ibunya akan menanamkan karakter mulia pada generasi berikutnya.

Pernyataan ini menjadi sangat relevan dalam konteks pendidikan karakter yang belakangan banyak digaungkan. Dalam pandangan beliau, rumah adalah madrasah pertama dan sikap ayah adalah pelajaran paling awal yang dilihat anak setiap hari.

“Cinta bisa memudar. Tapi rasa hormat yang dijaga akan menumbuhkan cinta baru setiap hari,” ucap beliau dalam suatu kesempatan.

Keteladanan yang Terus Hidup

Kini, Kiai Mahrus memang telah tiada. Namun nilai-nilai yang beliau tanamkan terus tumbuh subur di hati para santri dan masyarakat. Sosoknya menjadi inspirasi tentang bagaimana menjadi suami yang baik, ayah yang penuh kasih, dan ulama yang tak hanya berbicara tentang agama, tapi menjalankannya hingga ke bilik rumah tangga.

Di tengah tantangan zaman, kisah-kisah seperti ini menjadi oase. Bahwa menjadi laki-laki sejati bukan berarti harus berkuasa atas perempuan, tapi justru menjadi pelindung, pelayan, dan sahabat sejiwa. Itulah jalan keberkahan yang diyakini oleh Kiai Mahrus Aly.

Dan barangkali, itulah sebabnya mengapa rumah beliau tak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga sumber keteladanan,  tempat cinta tumbuh dari akhlak, bukan dari kuasa. (*)

Editor: Tommy dan Rafel

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular