
SURABAYA – Dunia perguruan tinggi terbaik dalam negeri terus menunjukkan kualitasnya di berbagai bidang, tak terkecuali bidang penelitian. Perguruan tinggi tanah air tak lelah mencetak para peneliti berprestasi yang memberikan sumbangan penting bagi dunia ilmu pengetahuan dan tentunya bangsa dan negara Indonesia.
Terbaru muncul nama Dr. Prihartini Widiyanti, drg., SBio., MKes., yang merupakan dosen sekaligus peneliti. Kerennya, dia berhasil menemukan sebuah formula komposit kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat untuk memproduksi kornea mata buatan. Penemuan wanita yang akrab disapa Yanti tersebut terdaftar sebagai hak paten dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada Oktober 2022.
Yanti mengatakan bahwa angka prevalensi kebutaan akibat cedera kornea masih terbilang tinggi di Indonesia. Permasalahan ini kemudian membuat dirinya untuk meneliti dan mengembangkan kornea buatan dengan formula khusus, yaitu kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat.
“Jadi saya meneliti dan mengembangkan membran kornea buatan yang tujuannya adalah untuk memperbaiki dan mengatasi ulkus (luka) pada kornea penyebab hilangnya penglihatan,” terangnya pada media ini.
Penelitian tentang formula khusus untuk kornea buatan Yanti itu dimulai sejak tahun 2015. Berbagai tahapan penelitian telah berlalu, termasuk tahapan uji coba in vivo dan implantasi pada hewan percobaan.

“Penelitian ini mulainya pada tahun 2015 dan Alhamdulillah sudah melalui tahapan in vivo. Artinya sudah kami coba implantasikan ke hewan percobaan,” imbuh wanita berkacamata yang mengajar di Universitas Airlangga (Unair) itu.
Dalam mengembangkan penemuannya itu, Yanti tidak bekerja sendirian. Ia juga menjalin kolaborasi dengan mahasiswa berbagai jenjang, dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), hingga dokter spesialis mata.
“Untuk pengembangan kornea buatan ini tidak hanya melibatkan mahasiswa S1 saja, tetapi juga mahasiswa S2, S3, Teknik Biomedik, dan MIPA Fakultas Sains dan Teknologi Unair. Lalu juga bekerja sama dengan teman-teman di RSUA Divisi Mata,” paparnya.
Peneliti senior di Lembaga Penelitian Tropis (LPT) Unair itu mengatakan bahwa kolaborasi tersebut menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan penemuannya. Pasalnya, perlu adanya kolaborasi multidisiplin ilmu untuk menjalankan keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari penelitian tahap awal hingga uji coba implan pada manusia.
“Tentu perlu kerja sama, ya. Jadi, yang membuat dan mengembangkan adalah mahasiswa dari Fakultas Sains dan Teknologi bersama dengan teman-teman dari ITD (nama lain LPT, red.). Kemudian, nanti yang melakukan implan adalah dokter PPDS dan dokter mata,” jelasnya.
Sebagai seorang peneliti, memberikan manfaat dan dampak bagi masyarakat adalah keinginan besar bagi Yanti. Untuk itu, Yanti berharap agar penemuannya tersebut dapat segera terdistribusi dan terhilirisasi sehingga bisa menjangkau masyarakat luas.
Yanti berharap agar para peneliti sepertinya mendapatkan dukungan dan keberpihakan dari pemerintah, universitas, maupun rekan-rekan sejawat. Dukungan itu, lanjut Yanti, sangat membantu meningkatkan semangat untuk terus berkontribusi dan membawa karya anak bangsa bersaing di kancah internasional.
“Tentu saja ini juga menjadi perjuangan tersendiri, ya. Perjuangan untuk meyakinkan teman-teman medis untuk terus berpihak pada hasil karya anak bangsa, sehingga nantinya juga bisa meningkatkan daya saing kita di kancah dunia,” pungkasnya.
(mar/pkip/bti)