Surabaya, – Kasus penyebaran HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Indonesia dan khususnya Surabaya kembali meningkat. Menurut data, dari Januari hingga Oktober 2024, setidaknya telah tercatat 243 kasus pasien aktif di Surabaya dengan antiretroviral therapy (ART).
Dari ratusan data pasien tersebut, sebagian besar merupakan kalangan usia produktif. Menurut Pakar Imunologi dan Mikrobiologi, Dr. dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, MSi., M.KedKlin., mengatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada usia produktif adalah perilaku pengguna obat-obatan (drug use) dan perilaku seks bebas (free sex).
“Salah satu faktornya adalah penyebaran oleh drug use yang menular lewat injeksi jarum suntik. Selain itu, juga dapat menyebar lewat perilaku free sex,” tutur Agung -sapaan akrabnya- dalam keterangan yang diterima redaksi media ini, pada Selasa (12/11/2024) malam.
“Drug use sangat berbahaya. Mereka menggunakan obat golongan morfin yang dapat memicu pertumbuhan virus HIV ini lebih cepat. Belum lagi dengan jarum suntik yang mereka pakai bergantian,” imbuhnya.
Agung pun menerangkan bahwa dalam aspek mikrobiologi, virus HIV-1 memiliki sifat laju penularan yang tinggi. Sehingga dapat mudah menyebar termasuk di Indonesia. “HIV-1 merupakan retrovirus yang lebih berat, namun mudah menular,” tegasnya.
Sementara dari aspek imunologi, lanjut Agung, HIV/AIDS menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh hingga melemahkan sistem imun. Respons sistem imun dalam menghadapi infeksi HIV, antara pasien usia produktif dan lainnya sama karna penularan HIV/AIDS dapat tersebar melalui kontak cairan tubuh yang terinfeksi
Agung menegaskan bahwa satu virus HIV pada saat berpindah ke tempat lain akan mengalami proses mutasi dan proses glikosilasi. Ini merupakan dua mekanisme yang membantu HIV untuk bertahan dalam tubuh, menghindari respons imun, dan tetap menular meskipun dalam kondisi yang berbeda.
“Hal ini tidak kalah penting dan menunjukkan proses penyebaran yang cukup berbahaya pada kalangan usia produktif,” paparnya.
Karena itu, lanjut Agung, untuk mencegah lonjakan kasus HIV/AIDS pada kalangan usia produktif memerlukan strategi pencegahan efektif seperti memberikan edukasi dan informasi yang benar terkait cara mencegah HIV/AIDS.
“Khususnya pada gen Z, mahasiswa dan usia produktif. HIV/AIDS kita bisa cegah dengan kampanye ABC yang terdiri dari abstinence yaitu sikap berhenti atau menahan aktivitas seksual, terutama pada masyarakat yang belum menikah. Kemudian be faithful atau setia, menekankan kesetiaan pada mereka yang telah berpasangan. Dan yang terakhir adalah condom meskipun tentu soal kampanye kondom ini bukan berarti kita mengajarkan yang tidak benar atau melegalkan seks ,“ pungkas Agung yang juga merupakan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Untuk diketahui bersama, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS merupakan sindrom yang muncul karena menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV.
(pkip/rafel)