Thursday, February 13, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusGuru Besar HI Unair: Transregionalisme Agenda Masa Depan Diplomasi Indonesia di Kawasan...

Guru Besar HI Unair: Transregionalisme Agenda Masa Depan Diplomasi Indonesia di Kawasan Pasifik!

Prof. Baiq Lekar Sinayang Wahyu Wardhani, Dra. M.A., Ph.D., saat menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C Unair, Surabaya, Kamis (19/12/2024). (foto: Humas Unair for Cakrawarta)

Surabaya, – Sebagai negara tetangga dekat, negara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik terkesan menjadi “tetangga tiri” bagi Indonesia dibandingkan “tetangga kandung” yakni Asia Tenggara. Kesan perlakuan seolah “tetangga tiri” itulah yang kerapkali membuat muncul reaksi atau sikap “negatif” terhadap Indonesia dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik tersebut.

Kesan “menganaktirikan” negara tetangga kawasan Asia Pasifik itu diperparah dengan sejarah dimana Indonesia pernah “mengokupasi” Timor-Timur hingga isu kemerdekaan Papua. Hal itu diharapkan menjadi perhatian diplomasi Indonesia sehingga kesan negatif bisa diperbaiki. Indonesia butuh terobosan untuk membersihkan “kain lusuh” dimaksud di benak “tetangga tiri”nya itu.

“Catatan merah dalam sejarah Indonesia dengan Timor Timur dan Papua membawa citra negatif dalam hubungannya dengan negara kawasan Pasifik Selatan. Padahal Indonesia sudah melakukan banyak strategi dan pendekatan dalam upaya merebut hati negara tetangga tersebut, misalnya dengan bantuan teknologi, dengan pendekatan budaya, ekonomi, hingga pendekatan organisasional, dengan menjadi mitra dialog dan anggota Pacific Island Forum,” ungkap Prof. Baiq Lekar Sinayang Wahyu Wardhani, Dra. M.A., Ph.D., di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C Unair, Surabaya, Kamis (19/12/2024).

Inisiatif Transregionalisme: Masa Depan Diplomasi Indonesia di Kawasan Pasifik!

Sebagai Guru Besar bidang Pembangunan Internasional dan Isu Global FISIP Unair, Anik -sapaan karibnya- mengusulkan konsep transregionalism sebagai agenda masa depan Diplomasi Indonesia di kawasan Pasifik yang dinilai sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk menaikkan daya tawar sebagai “pemimpin” di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.

“Karenanya, Indonesia perlu mengadakan pendekatan yang berbeda, pendekatan yang baru, tapi tidak meninggalkan yang sudah dilakukan. Yakni saya sebut sebagai Inisiatif Transregionalisme. Kita memiliki tanggung jawab yang besar di kawasan Asia-Pasifik,” ungkapnya.

Prinsip sebagai negara yang netral dan politik bebas-aktif, lanjutnya, Indonesia memiliki daya tawar yang sangat potensial untuk melakukan peran transregionalisme. “Peran-peran itu dapat kita lakukan sebagai fasilitator, mediator, stabilitator, sekaligus menjadi jembatan bagi kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Selatan,” tukasnya.

Ia menegaskan bahwa transregionalisme bersifat inklusif. Karena itu, siapapun bisa menjadi aktor dalam hubungan diplomasi antar negara mulai dari negara sendiri, organisasi internasional, korporasi hingga individu dapat menjadi stakeholder di dalam transregionalisme.

“Sehingga peran transregionalisme ini menjadi agenda masa depan diplomasi Indonesia di masa mendatang,” tandasnya.

(pkip/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular