
Jakarta, – Umar, yang merupakan eksponen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kubu Imanuel memberikan pernyataan yang menarik. Pasalnya, sebagai kubu Imanuel ia bukannya mendukung langkah-langkah Imanuel cs yang terlihat tidak menyuarakan suara rakyat untuk mendesak pemerintahan Prabowo Subianto agar membatalkan kebijakan kenaikan biaya PPN 12%.
“Saya justru mengapresiasi langkah DPP GMNI yang sah (Arjuna-Dendy, red.) dalam berupaya menekan Pemerintahan Prabowo-Gibran untuk membatalkan kenaikan biaya PPN 12%,” ujar Umar dalam keterangannya pada awak media, Kamis (19/12/2024) malam.
Umar memilih tidak mendukung kubunya sendiri karena dinilai tak mampu menekan pemerintah dan lebih sibuk terlibat dalam persoalan pertarungan politik antara pemerintahan yang didukung Partai Gerindra versus PDI Perjuangan.
“Contohnya mereka lebih sibuk terlibat dalam persoalan Harun Masiku yang kami curigai didanai oleh pihak istana, daripada mengurus hal-hal yang lebih penting seperti kebijakan kebijakan PPN yang naik menjadi 12%,” papar Umar menambahkan.
Menurut Umar, isu mengenai PPN 12% sangat berdampak kepada masyarakat kecil DPP GMNI yang sah yakni Arjuna-Dendy yang mampu menyuarakan itu.
“Yah terlihat sekali kubu Imanuel tak mungkin melakukannya karena mereka telah menjadi bagian dari Pemerintahan karena Imanuel sendiri adalah salah satu Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran. Jadi tak akan berani mengkritisi kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat,” katanya.

Umar menegaskan bahwa ajaran GMNI adalah membela kaum Marhaen. Dan itu terlihat pada pengurus DPP GMNI yang sah menurutnya. Apa yang dilakukan kubu Imanuel, lanjut Umar, dengan menunggangi perseteruan politik lebih terlihat agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah dalam hal ini SK Kementerian Hukum.
“Hari ini kami sudah muak, sehingga saya bersama GMNI se-Indonesia yang bersamanya menyatakan keluarnya dari GMNI kubu Imanuel dan mendukung Arjuna/Dendy. GMNI sampaikan kapanpun harus berada dalam jalur rel Marhaenisme sesuai dengan ajarannya dan kami mengutuk keras apa yang dilakukan Imanuel yang terjebak dalam situasi konflik tanpa memikirkan Marhaen Indonesia,” tandas Umar.
(rils/rafel)