Wednesday, October 8, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiDari WHO hingga World Bank, Dunia Mulai Melirik Profesi Perawat Indonesia

Dari WHO hingga World Bank, Dunia Mulai Melirik Profesi Perawat Indonesia

Ferry Effendi dan tim risetnya saat ditemui di Kampus UNAIR beberapa waktu lalu. 

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di tengah menurunnya minat menjadi perawat di banyak negara maju, Indonesia justru mencatat tren sebaliknya. Profesi perawat masih menjadi salah satu program studi paling diminati dan memiliki peran vital dalam sistem kesehatan nasional. Fenomena ini mulai menarik perhatian dunia mulai dari World Health Organization (WHO) hingga World Bank, yang kini menyoroti bagaimana Indonesia mampu menjaga regenerasi tenaga perawat secara berkelanjutan.

Salah satu yang meneliti fenomena ini adalah Ferry Efendi, Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR). Bersama tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang melibatkan Universitas Andalas, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Tanjungpura, ia berupaya memetakan motivasi dan preferensi siswa Indonesia yang memilih jalur keperawatan sebagai karier masa depan.

“Kami concern terhadap penyiapan calon tenaga keperawatan karena di banyak negara maju jumlah calon perawat terus menurun dan mulai mengarah pada krisis. Sementara di Indonesia, minatnya justru tinggi dan bahkan cenderung surplus,” ujar Ferry.

Ferry menilai, masih banyak siswa SMA yang belum memahami secara menyeluruh tentang dunia keperawatan, baik peran, tanggung jawab, maupun peluang kariernya. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan edukasi dan informasi yang komprehensif mengenai profesi ini.

Melalui riset lintas kampus tersebut, timnya berharap dapat menghasilkan dampak kebijakan (policy impact) yang konkret bagi dunia pendidikan dan ketenagakerjaan kesehatan di Indonesia.

“Kami ingin hasil riset ini tidak hanya berhenti di ruang akademik, tetapi juga bisa menginspirasi kebijakan nasional. Apalagi, kajian kami kerap dikutip oleh lembaga global seperti WHO dan World Bank. Ini artinya dunia mulai melirik model pengembangan profesi perawat Indonesia,” paparnya.

Sejalan dengan SDG’s

Lebih jauh, riset ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s). Ada setidaknya empat poin SDGs yang relevan dengan penelitian ini, yakni:

  1. No Poverty (Tanpa Kemiskinan) dimana profesi perawat menjadi penggerak ekonomi keluarga dan masyarakat;
  2. Good Health and Well-being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dimana inti dari peran perawat dalam sistem kesehatan;
  3. Gender Equality (Kesetaraan Gender) dimana profesi ini membuka peluang luas bagi perempuan;
  4. Partnership for the Goals (Kemitraan untuk Tujuan Bersama) dimana tenaga keperawatan tidak dapat bekerja sendiri, melainkan harus berkolaborasi lintas sektor.

“Kami sadar, perawat tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan berbagai pihak agar kontribusinya terhadap masyarakat semakin besar,” tegas Ferry.

Luaran dari riset kolaboratif ini akan berupa publikasi ilmiah dan advokasi kebijakan bagi pemerintah serta lembaga terkait. Tim Riset Kolaborasi Indonesia berharap, hasil kajian ini dapat menjadi pijakan bagi penguatan kebijakan nasional di bidang pengembangan tenaga keperawatan.

“Profesi perawat bukan hanya tentang merawat pasien, tapi juga tentang bagaimana kita merawat masa depan bangsa,” tutup Ferry dengan penuh keyakinan. (*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular