Friday, June 13, 2025
spot_img
HomeSosial BudayaKemanusiaanDari Anatolia untuk NTT: Ratusan Sapi Qurban dari Turkiye Menyapa Saudara Mualaf...

Dari Anatolia untuk NTT: Ratusan Sapi Qurban dari Turkiye Menyapa Saudara Mualaf di Pelosok Timur Indonesia

Salah satu momen penyembelihan hewan Qurban dari lembaga Hayrat Yardım di salah satu pelosok desa di Nusa Tenggara Timur, Senin (9/6/2025). (foto: Hayrat Yardım Indonesia for Cakrawarta)

KUPANG, CAKRAWARTA.com – Ada yang berbeda di langit Idul Adha tahun ini, terutama di pelosok timur Indonesia, tepatnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di tengah keterbatasan dan medan yang sulit dijangkau, senyum haru dan mata berbinar tampak di wajah-wajah warga Mualaf di pedalaman. Hari itu, bukan sekadar hari raya, tetapi momentum yang menghadirkan harapan dan kehangatan dari saudara jauh yang datang membawa cinta dalam wujud nyata: ratusan ekor sapi qurban dari Turkiye.

Mereka datang dari belahan dunia yang berbeda. Jauh melintasi benua dan lautan. Delegasi dari Hayrat Yardım, lembaga kemanusiaan asal Turkiye, tiba dengan membawa pesan kemanusiaan dan persaudaraan. Dalam suasana Idul Adha 1446 Hijriah ini, mereka menyusuri jalan-jalan kecil dan terjal demi satu tujuan: menyapa mereka yang selama ini nyaris luput dari perhatian dunia.

Hayrat Yardım, yang dikenal sebagai organisasi kemanusiaan dengan operasi di lebih dari 90 negara, tahun ini mendistribusikan 70.408 bagian hewan qurban di 28 negara dan 3 benua, menjangkau lebih dari 3 juta jiwa. Namun, apa yang terjadi di NTT adalah kisah yang lebih dari angka. Ini adalah kisah tentang pelukan dari Turkiye untuk saudara-saudara di pelosok Indonesia.

Di Indonesia, bersama Yayasan Ayasofya Center Indonesia, Hayrat Yardım menyalurkan 174 ekor sapi ke titik-titik terpencil seperti Soe, Tesbatan, Batu Putih, hingga Pulau Semau di NTT. Sebagian lainnya disalurkan ke daerah Jonggol, Jawa Barat. Di antara penerima qurban, banyak di antaranya adalah para mualaf yang selama ini hidup dalam keterbatasan, namun tetap teguh menjaga iman.

Kedatangan delegasi Hayrat Yardım, pada Senin (9/6/2025) disambut langsung oleh Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, di Kantor Gubernur. Dalam pertemuan hangat itu, dibahas rencana kolaborasi jangka panjang di bidang sosial dan pendidikan.

Presiden Hayrat Yardim Indonesia, Celal Akar, menyampaikan dengan suara yang penuh keharuan:

Presiden Hayrat Indonesia, Celal Akar saat diterima Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, di Kantor Gubernur, Senin (9/6/2025). (foto: Hayrat Yardim Indonesia for Cakrawarta)

“Kami datang dari negeri yang jauh, dari Turkiye, karena kami merasa mereka di sini adalah saudara kami. Kami tahu mereka hidup dalam keterbatasan, jauh dari akses dan fasilitas. Tapi justru karena itu kami ingin hadir. Bukan hanya membawa daging qurban, tetapi juga membawa pelukan hangat di hari raya ini. Kami percaya, atas nama kemanusiaan, banyak hal yang bisa kita bangun bersama.”

Celal juga menekankan pentingnya kerja sama lintas agama dalam program ini. “Kami bersyukur masyarakat non-Muslim juga turut mendukung agenda ini. Karena pada akhirnya, kasih sayang dan kebaikan tidak mengenal sekat,” ujarnya.

Sementara itu, Rakhmat Abril Kholis, CEO Ayasofya Center Indonesia, menyebut program ini sebagai jembatan batin antara dua bangsa dan momen reflektif untuk lebih dekat pada masyarakat.

“Qurban ini bukan hanya tentang penyembelihan hewan, tapi tentang menyentuh hati. Lewat program ini, kita melihat dan mendengar langsung suara masyarakat. Kita tahu masalah mereka, kita merasa apa yang mereka rasakan. Dan ini menjadi awal dari kerja besar yang bisa kita bangun bersama,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa setiap tahun kedatangan delegasi dari Turkiye menjadi penguat hubungan spiritual dan diplomatik antara dua negara Muslim besar: Indonesia dan Turkiye.

“Semoga Allah menerima amal ini sebagai jalan kemaslahatan umat, dan menumbuhkan cinta kasih di antara sesama manusia,” pungkasnya.

Di tengah padang ilalang dan ladang kering NTT, suara takbir tak hanya menggema di masjid-masjid, tapi juga bergema di dada anak-anak, ibu-ibu, dan para lansia yang hari itu bisa menyantap daging kurban, mungkin untuk pertama kalinya dalam setahun. Di sanalah, cinta dan kemanusiaan menjelma nyata. Dari Turkiye untuk Indonesia. Dari hati ke hati.(*)

Kontributor/foto: Ali Hasibuan

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular