Thursday, July 10, 2025
spot_img
HomeEkonomikaCountdown ke 9 Juli 2025: Dunia Tunggu Langkah Ekonomi Donald Trump

Countdown ke 9 Juli 2025: Dunia Tunggu Langkah Ekonomi Donald Trump

ilustrasi. (gambar: Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Dunia tengah menghitung mundur (countdown) menuju 9 Juli 2025, saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan mengambil keputusan penting soal masa depan tarif impor global. Penundaan kenaikan tarif selama 90 hari yang diumumkan sejak 9 April segera berakhir, dan belum ada kepastian apakah tarif akan diperpanjang, dibatalkan, atau justru diperketat.

Penundaan tersebut diterapkan untuk memberikan ruang diplomasi dengan negara-negara mitra dagang -selain Tiongkok- guna mencegah eskalasi ketegangan. Namun, upaya negosiasi hingga kini dinilai minim hasil.

“Negosiasi ini seperti bertepuk sebelah tangan,” ujar Arcandra Tahar, mantan Menteri ESDM, dalam ulasan analisanya, Senin (16/6/2025).

Kebijakan tarif Presiden Trump ini telah menciptakan ketidakpastian luas di pasar global, khususnya sektor energi dan perdagangan strategis. Banyak negara dan pelaku industri tengah menyusun skenario mitigasi, mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan diumumkan Trump pasca tenggat 9 Juli.

Tiga Skenario, Satu Dampak Global

Arcandra menguraikan tiga skenario utama:

  1. Skenario Pertama, tarif tambahan dibatalkan, dan hanya tarif dasar 10% yang berlaku. Dalam situasi ini, kebutuhan LNG global tetap tinggi, terutama di Eropa dan Asia. Pertumbuhan konsumsi listrik di AS juga melonjak, didorong oleh ekspansi besar-besaran industri data center dan artificial intelligence atau akal imitasi (AI). Goldman Sachs memperkirakan kebutuhan listrik sektor ini akan naik 160% pada 2030 dibanding 2023, menyerap hingga 8% dari total produksi listrik nasional AS.Untuk menopang pertumbuhan tersebut, AS membutuhkan investasi besar: USD 50 miliar untuk pembangkit dan USD 720 miliar untuk infrastruktur jaringan. Fasilitas ekspor LNG AS juga diprediksi meningkat dua kali lipat pada 2028, dengan kebutuhan investasi USD 45–62 miliar.
  2. Skenario Kedua, Presiden Trump memberlakukan tarif 10% seperti dalam masa penundaan. Dampaknya, ekonomi AS melambat namun tetap tumbuh. Industri energi tetap bergerak, namun sektor migas harus lebih selektif dalam belanja modal dan fokus pada proyek rendah risiko.
  3. Skenario Ketiga, Trump menaikkan tarif maksimal rata-rata 30%. Ini menjadi sinyal resesi global. Permintaan LNG dan energi turun, proyek shale gas AS terganggu karena harga minyak merosot. Perusahaan migas besar akan memanfaatkan peluang akuisisi terhadap perusahaan kecil yang terdampak krisis likuiditas.
  4. “Siapa yang punya kelebihan cash, akan menjadi raja,” tegas Arcandra.

Di luar sektor energi, dunia juga mencermati dampak kebijakan tarif terhadap sektor mineral strategis. Ketergantungan industri teknologi tinggi AS pada pasokan mineral dari China menjadi isu krusial yang ikut memengaruhi keputusan ekonomi Trump.

Jika kebijakan yang diambil justru memperburuk hubungan dagang dengan Tiongkok, maka kelangsungan pasokan untuk industri AI dan high-tech bisa terancam.

Menjelang keputusan besar ini, Arcandra menekankan pentingnya kesiapan tidak hanya pada level negara, tapi juga korporasi.

“Ketidakpastian bukan alasan untuk pasif. Justru di saat genting seperti inilah, keputusan strategis dibutuhkan,” tegasnya lagi.

Countdown ke 9 Juli 2025 menjadi momentum refleksi global: apakah dunia akan menghadapi lonjakan ketegangan dagang baru atau memasuki era stabilitas baru? Hanya satu orang yang memegang kunci jawabannya yaitu Donald Trump.(*)

Editor: Tommy dan Rafel

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular