Friday, November 14, 2025
spot_img
HomeInternasionalBatik Sawunggaling & Tenun Ikat Sumba Resmi Jadi “Duta Budaya” Indonesia di...

Batik Sawunggaling & Tenun Ikat Sumba Resmi Jadi “Duta Budaya” Indonesia di Markas UNESCO Paris

Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat memberikan sambutan dalam momen penyerahan dua wastra Nusantara kepada UNESCO di Markas Besar UNESCO, Paris, Prancis, Selasa (15/7/2025) sore waktu setempat. (foto: DL Indonesia UNESCO for Cakrawarta)

PARIS, CAKRAWARTA.com – Dua kain tradisional Indonesia resmi mengemban misi baru di jantung diplomasi dunia. Batik Sawunggaling dan Tenun Ikat Sumba diserahkan langsung oleh Pemerintah Indonesia kepada UNESCO dalam sebuah seremoni khidmat di Markas Besar UNESCO, Paris, Selasa (15/7/2025) sore waktu setempat.

Prosesi penyerahan ini diwakili Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, didampingi Duta Besar RI untuk Prancis, Monaco, Andorra sekaligus Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Mohammad Oemar. Dari pihak UNESCO, donasi simbolis ini diterima oleh Jennifer Linkins, Asisten Direktur Jenderal UNESCO, serta Frédéric de Clercq, Ketua Komite Seni dan Budaya UNESCO.

“Ini bukan sekadar kain. Ini adalah bahasa Indonesia yang pertama: ditulis dengan motif, disulam dengan warna, dan disampaikan lewat tenunan tangan leluhur kami,” ujar Fadli Zon dalam sambutannya yang menyentuh.

Menurut Fadli, Batik Sawunggaling dan Tenun Ikat Sumba bukan hanya produk tekstil. Keduanya adalah narasi hidup bangsa Indonesia yang merupakan cermin dari keberagaman tradisi, filosofi hidup, dan keterampilan perajin Nusantara yang diwariskan lintas generasi.

Batik Sawunggaling, yang berasal dari Jawa Timur, menampilkan motif ayam jago sebagai simbol keberanian dan kebanggaan. Sedangkan Tenun Ikat Sumba, dari ujung timur Nusantara, merepresentasikan warisan leluhur yang sarat makna spiritual. Kedua kain ini merupakan karya rancangan maestro fesyen Indonesia, Edward Hutabarat.

Donasi kain tradisional ini sekaligus menandai dua momentum penting yakni perayaan 75 tahun Indonesia sebagai anggota UNESCO dan keberhasilan Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi UNESCO pada 2024 lalu.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon, pejabat UNESCO dan pejabat RI terkait berfoto bersama dengan latar belakang dua wastra Nusantara yang diserahkan di Markas Besar UNESCO, Paris, Prancis, Selasa (15/7/2025) sore waktu setempat. (foto: DL Indonesia UNESCO for Cakrawarta)

Dalam pidatonya, Duta Besar Mohammad Oemar menegaskan bahwa kain-kain ini akan menjadi “duta budaya abadi Indonesia di jantung diplomasi global”. Di markas UNESCO, kedua kain ini akan melengkapi koleksi budaya Indonesia yang telah lebih dulu hadir, dari miniatur Candi Borobudur, Angklung, hingga patung Garuda Wisnu Kencana.

“Sejak Borobudur dan Subak diakui sebagai Situs Warisan Dunia, hingga pelindungan Wayang, Batik, dan Noken sebagai Warisan Budaya Takbenda, UNESCO adalah mitra penting kami dalam mengangkat suara budaya Indonesia di dunia internasional,” ujar Oemar.

Sejauh ini, Indonesia telah mencatatkan sejumlah elemen budaya dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, di antaranya wayang (2008); keris (2008); batik (2009); tari saman (2011); noken Papua (2012); tiga genre Tari Bali (2015); pencak silat (2019); pantun (2020, bersama Malaysia); gamelan (2021); kebaya (2023, nominasi multinasional ASEAN); reog Ponorogo (2024); dan jamu (2024).

Setiap warisan ini, menurut Fadli, adalah “identitas kolektif bangsa” yang wajib dijaga bukan sekadar sebagai simbol, tetapi sebagai bagian dari hidup masyarakat.

Penyerahan dua wastra ini juga menjadi cerminan komitmen Indonesia dalam diplomasi budaya di tingkat global, di tengah perannya yang kian strategis, termasuk sebagai anggota Komisi Eksekutif UNESCO dan Komisi Oseanografi Antar-Pemerintah (IOC).

“Semoga Batik Sawunggaling dan Tenun Ikat Sumba di markas UNESCO ini terus mengisahkan Indonesia kepada dunia tentang keberagaman, harmoni, dan kearifan yang lahir dari tanah Nusantara,” tutup Menteri Fadli, sebelum sesi foto bersama di lobi utama gedung UNESCO, di depan dinding instalasi “Voices of Cultures”.(*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular