
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Upaya menggali makna Al-Qur’an dari berbagai disiplin ilmu menggema di ruang Perpustakaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Kamis (6/11/2025). Sebanyak 150 peserta dari empat negara yaitu Australia, Indonesia, Libya, dan sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, hadir dalam International Conference on Qur’anic Studies yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Akbar.
Ketua Program Studi Al-Qur’an dan Tafsir STAI Al-Akbar, Dr. Anisatul Fikriyah, M.Ag., mengatakan konferensi ini merupakan yang pertama kali digelar secara internasional oleh kampus tersebut. Meski baru pertama, antusiasme peserta sangat tinggi.
“Konferensi ini menjadi ruang bertemu bagi para peneliti dan mahasiswa dari berbagai negara untuk mengkaji Al-Qur’an secara lintas disiplin. Kami ingin menunjukkan bahwa pesan Al-Qur’an bisa dikaji dari sisi filsafat, ilmu sosial, hingga sains,” ujar Anisatul.
Konferensi yang digelar secara hybrid ini menghadirkan pembicara dari tiga negara, di antaranya Dr. Khadeja Soude dari Al-Asmarya Islamic University, Libya; Prof. Dr. H.M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. dari UIN Jakarta; Noni Nuriani, Ph.D. dari University of New South Wales, Australia; Prof. Dr. H. Muhibbin Zuhri, M.Ag. dari UIN Sunan Ampel Surabaya; serta Dr. Masrur Huda, M.Pd.I. dari KH Abdul Chalim University, Mojokerto.
Dari Australia, Noni Nuriani mengangkat isu perubahan iklim dan peran manusia sebagai khalifah bumi. Ia mencontohkan kebijakan Pemerintah Australia yang mewajibkan setiap bangunan hemat energi sebagai upaya menekan emisi karbon.
“Sekitar 40 persen emisi gas rumah kaca berasal dari bangunan. Al-Qur’an jauh sebelumnya telah mengingatkan agar manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi. Prinsip keberlanjutan sudah menjadi pesan spiritual dalam Islam,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Khadeja Soude dari Libya menyoroti pentingnya rekonstruksi tafsir dengan konteks kekinian.
“Isu seperti pemanasan global bukan hal baru. Al-Qur’an telah lama menyinggungnya. Tantangannya sekarang adalah bagaimana umat Islam benar-benar menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Khadeja.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua Badan Pelaksana Pengelola MAS, Dr. K.H.M. Sudjak, M.Ag., menegaskan bahwa konferensi ini bukan hanya mempertemukan para akademisi lintas negara, tetapi juga memperkuat iman melalui ilmu.
“Kami berharap STAI Al-Akbar terus tumbuh menjadi kampus unggul dalam kajian Al-Qur’an secara transdisipliner, sehingga keilmuan Islam dapat hadir relevan menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Konferensi internasional ini menjadi penanda semangat baru STAI Al-Akbar untuk meneguhkan diri sebagai pusat kajian Al-Qur’an yang terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan persoalan global. Dari Surabaya, gema tafsir lintas ilmu itu diharapkan menjadi inspirasi bagi dunia Islam untuk terus membaca ayat-ayat Tuhan baik yang tersurat di mushaf, maupun yang terserak di alam semesta.(*)
Editor: Abdel Rafi



