Thursday, February 13, 2025
spot_img
HomeSosokAlumnus Unair dan Kader NU Surabaya Ini Sukses Jadi Seorang Filantropis

Alumnus Unair dan Kader NU Surabaya Ini Sukses Jadi Seorang Filantropis

Budi Hartoyo ketika meraih penghargaan sebagai Juara I LKS di tingkat Jawa Timur dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa ketika momen pandemi Covid-19 tahun 2020. (foto: Budi Hartoyo for Cakrawarta)

Surabaya, – Orang kebanyakan akan berpikir bahwa setiap lulusan perguruan tinggi negeri akan berkecimpung di dunia yang berkaita dengan akademis. Namun tidak dengan pria paruh baya satu ini. Namanya mudah diingat dan simpel. Budi Hartoyo. Yah, pria kalem tapi serius ini menjadi bukti bahwa lulusan kampus ternama bisa sukses tidak melulu berurusan dengan sesuatu yang bersifat akademis. Ia adalah seorang aktifis filantropi.

Budi Hartoyo merupakan alumnus jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) atau di eranya dinamakan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Airlangga (Unair). Ia adalah sosok penting dibalik Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kota Surabaya, sekaligus Yayasan Bilyatimi Peduli Nusantara, Peduli Pendidikan, dan Yatama Saadah Barokah.

Dalam keterangannya pada media ini, Budi berkisah bahwa jiwa sosialnya sudah terpupuk semenjak dirinya berkuliah di Unair. Momen paling berkesan, menurutnya adalah ketika dirinya bertemu dengan anak-anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sedang memilah sampah. Pemandangan tersebut membuat hati Budi terenyuh. Karena ternyata mereka banyak yang tidak sekolah dan jika memang ada yang sekolah jelas mengganggu waktu belajar mereka dengan pekerjaan memilah sampah dalam rangka membantu perekonomian keluarga yang memang sudah sangat kekurangan.

“Pemandangan tersebut belum  pernah saya temukan di kampung halaman saya. Karena itulah, saya berinisiatif membuat kegiatan untuk membangkitkan semangat mereka supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya, Jumat (27/12/2024). Budi pun menjadi relawan di sektor sosial selama kurun waktu 3 tahun lamanya.

“Selama tiga tahun tersebut saya aktif melakukan giat filantropis tanpa mengharapkan imbalan lalu setelah tiga tahun lamanya saya bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk mempelajari dua hal penting, yaitu struktural dan kultural lembaga sosial itu bagaimana. Jadi saya sekalian belajar ilmu pengelolaan lembaga filantropisnya,” papar Budi menambahkan.

Mulai Mendirikan Yayasan Sendiri

Dari pengalaman sebagai relawan tanpa dibayar di sebuah lembaga sosial itulah kemudian Budi dan temannya mendirikan sebuah yayasan yang dapat memberikan solusi nyata terhadap permasalahan masyarakat. “Hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendirikan yayasan adalah niat. Karena dalam situasi paling sulit sekalipun, niat yang kuat akan membantu seseorang untuk tetap bertahan di sektor sosial seperti ini,” tegasnya.

Menjadi seorang filantropis, lanjut Budi, harus memiliki sikap responsif terhadap problematika yang dihadapi masyarakat di masyarakat. Sehingga ketika masyarakat tengah menghadapi suatu permasalahan kita berpikir kira-kira solusi apa yang dapat diberikan guna membantu mereka. Lalu adakah nilai yang dapat diberikan pada masyarakat. Karena itulah, dalam menggerakan dan menjalankan yayasan sosialnya, Budi selalu berpikir mengenai bagaimana giat sosialnya tersebut diikuti denga giat pemberdayaan (empowering).

“Dalam upaya giat pemberdayaan itu, saya mencoba melakukan usaha pengolahan ikan asap, yaitu grosir ikan Fresh Barokah. Tujuannya untuk membantu lembaga sosial tetap eksis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tukasnya.

Bahkan, Budi berkisah bahwa saat pandemi Covid-19 menerjang Indonesia, ia bersama rekan filantropis lainnya juga melakukan giat pemberdayaan seperti pelatihan budi daya ikan lele dalam ember dan pembuatan hidroponik. “Saat pandemi Covid-19, kami berusaha tetap eksis dan aktif menjalankan kegiatan sosial. Kami rutin mendatangi masyarakat yang membutuhkan bantuan selama dua kali dalam sebulan dengan berkolaborasi bersama lembaga atau institusi lain,” papar kader NU Kecamatan Sawahan itu..

Inisiatif pria yang baru saja selesai mengikuti PD-PKPNU Angkatan X PCNU Kota Surabaya itu, membuatnya mampu meraih penghargaan Juara I LKS di tingkat Jawa Timur. “Kami menerima langsung penghargaan itu dari Gubernur Jatim yaitu Ibu Khofifah Indar Parawansa,” ujar pria yang dengan kegiatan filantropisnya tersebut juga menjadi Runner Up LKS tingkat nasional dalam ajang Padmamitra Award.

“Sebagai umat beragama, kita harus terus berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama,” pungkas pria yang juga aktif di LAZISNU PCNU Kota Surabaya itu.

(pkip/rafel/tommy)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular