
Surabaya, – “Suasananya sama dengan di Rwanda, ada penyerahan tongkat kepada khotib yang hendak menyampaikan Khutbah Jumat, lalu Muadzin juga mengingatkan jamaah agar tidak bicara saat khutbah,” kata Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana, saat dirinya mengikuti Shalat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, hari ini, Jumat (27/12/2024).
“Suasananya sangat agamis, tarikat Sunni yang ada sama persis di rumah, berbeda dengan Salafi yang kurang nyaman. Jadi, saya merasa enak di sini, apalagi kami di Rwanda itu sangat minoritas,” imbuhnya kepada Badan Pelaksana Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya.
Abdul Karim Harerimana berkisah bahwa dirinya juga pernah ke Indonesia. Ketika itu masih pemerintahan Orde Baru dan belum ada kedutaan Rwanda di Indonesia kala itu.
“Hubungan Rwanda dengan Indonesia sudah terjalin sangat lama. Saya pernah ke Indonesia saat zaman Pak Harto. Sebelumnya, perwakilan kami berada di Singapura dan baru dibuka di sini pada Juni 2024,” kisah Abdul Karim Harerimana.
Kunjungan Abdul Karim Harerimana sebenarnya adalah dalam rangka menengok anaknya yang sedang berkuliah di Institut Sepuluh November Surabaya karena itulah ia juga menyempatkan untuk melakukan sholat Jumat di Masjid Al-Akbar Surabaya.
“Ya, di sini, saya nyaman, jadi ingat rumah,” tandasnya mengakhiri keterangan.
Dalam kunjungannya tersebut, Abdul Karim Harerimana disambut langsung oleh Kepala Badan Pelaksana Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya, Dr. KHM Sudjak, M.Ag., Ketua Bidang Riayah Masjid Al-Akbar Surabaya, Dr. HM Qoderi, Sekretaris Masjid Al-Akbar Surabaya H. Helmy M Noor, dan Bendahara H. Soedarto itu.
(rils/rafel/tommy)