
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di momen Hari Raya Idul Adha, masyarakat diimbau untuk lebih waspada dalam memilih hewan kurban. Salah satu praktik curang yang masih kerap ditemukan adalah menyuntikkan air ke tubuh sapi, atau dikenal sebagai “glonggongan”. Apalagi di momen-hari hari H hari Tasyrik (3 hari dari Idul Adha) dimana masih dimungkinkan berqurban dan masyarakat kerap kali terburu-buru sehingga tidak detail memperhatikan hewan kurban yang dibelinya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair) Prof. Dr. Ir. Sri Hidanah, MS, menjelaskan bahwa sapi glonggongan merupakan hewan yang secara sengaja diisi air melalui selang sepanjang 1,5 meter ke kerongkongan, biasanya satu hingga dua jam sebelum disembelih.
“Tujuannya hanya untuk menambah berat badan hewan secara instan, bisa mencapai 10 hingga 15 kilogram,” kata Sri dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Secara fisik, sapi glonggongan terlihat lemas, sulit berdiri, dan perutnya membesar tidak wajar. Dagingnya juga menunjukkan ciri yang khas: berwarna pucat kebiruan, bertekstur lembek, dan seratnya mudah hancur. Selain itu, daging tampak basah dan mengeluarkan cairan meski terlihat segar.
Praktik ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut Sri, air yang digunakan dalam proses glonggongan umumnya tidak steril dan berpotensi mengandung bakteri berbahaya seperti Salmonella, Clostridium, dan Escherichia coli (E. coli).
“Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan diare, keracunan, hingga infeksi serius jika dikonsumsi,” ujarnya.
Dari sisi kandungan gizi, daging sapi glonggongan mengalami penurunan kualitas. Kadar protein menurun dari 21,08% menjadi 15,98%, sementara tingkat susut masak meningkat dari 37,25 persen menjadi 47%.
Untuk mencegah risiko ini, Sri mengimbau masyarakat memilih hewan kurban dari penjual terpercaya atau lapak resmi yang diawasi dinas peternakan setempat.
Beberapa ciri hewan kurban sehat, lanjutnya, antara lain:
- Aktif dan berdiri tegak
- Nafsu makan baik
- Mata cerah, bulu bersih dan mengilap
- Tubuh tampak proporsional
- Tidak cacat, pincang, atau buta
Ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan usia hewan. Sapi minimal berumur dua tahun, sedangkan kambing dan domba minimal satu tahun. Hal ini dapat dikenali dari pergantian gigi susu ke gigi tetap atau poel.
“Pilihlah hewan jantan jika memungkinkan, karena betina dibutuhkan untuk proses reproduksi,” tambahnya.
Lebih jauh, Sri menekankan bahwa memilih hewan kurban yang sehat dan sesuai syariat bukan hanya soal teknis, tetapi juga tanggung jawab moral dan keagamaan.
“Kurban adalah ibadah. Maka, pilihlah hewan yang sehat, cukup umur, dan diperlakukan dengan baik. Jangan sampai niat ibadah menjadi tercemar karena praktik yang tidak etis,” pungkasnya.(*)
Editor: Abdel Rafi