JAKARTA – Polemik terkait beredarnya terompet tahun baru berbahan (afkiran) sampul mushaf Al Qur’an di beberapa kota di Indonesia akhirnya mendapatkan respon dari banyak pihak. Salah satunya muncul dari mantan juru bicara Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid yang juga kordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi.
Menurut Adhie, kasus terkait terompet dari mushaf Al-Quran itu memang menimbulkan persoalan keagamaan serius bagi publik, khususnya umat Islam di Indonesia. Namun demikian, dirinya berharap umat Islam jangan terpancing merespon persoalan ini dengan emosi.
“Tak perlu dihadapi dengan emosi. Apalagi menjadikan hal ini sebagai bahan provokasi untuk memanaskan situasi politik SARA. Karena hal ini akan semakin memperburuk kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara yang saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan, ekonomi, dan ketidakpastian hukum yang sangat serius,” ujar Adhie Massardhie di Jakarta, Rabu (30/12).
Menyikapi munculnya “terompet Quran”, Adhie menilainya sebagai peristiwa spiritual dengan dua makna. Pertama, mencerminkan umat Islam di Indonesia tidak lagi membaca Al-Qur’an dalam pengertian yang dititahkan Tuhannya yakni membaca dengan maknanya, untuk kemudian wajib diamalkan.
“Apa yang terjadi di negeri kita yang mengalami kerusakan moral sangat serius mencerminkan segenap isi Al-Qur’an tidak sungguh-sungguh diamalkan oleh umat Islam yang menjadi agama mayoritas di negeri ini,” imbuhnya dengan nada tegas.
Adapun makna kedua yang ditangkap oleh Adhie adalah terompet “mushaf Al-Qur’an” yang akan menjadi instrumen penyambut tahun baru 2016 akan menjadi nubuat atau tanda akan lahirnya tokoh pembaharu.
“Insya Allah peristiwa ini akan menjadi nafiri bangkitnya kesadaran umat Islam Indonesia, sehingga 2016 akan lahir tokoh Islam yang bersama elemen bangsa lainnya membawa rakyat Indonesia ke medan kesejahteraan dalam keberkahan,” pungkas Adhie penuh optimisme.
(bti)