JAKARTA – Hari ini, Senin (11/4/2016) sesuai dengan tenggat waktu, aparat sebanyak 4.218 personel unsur TNI, Polri dan Satpol PP membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan penggusuran terhadap kawasan Pasar Ikan Luar Batang, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Dengan dalih “penertiban” kawasan kumuh dan cita-cita menjadikan kawasan wisata maritim internasional, Pemprov DKI memaksa warga untuk pindah ke rumah susun (rusun) yang telah disiapkan.
Sejak Minggu (10/4/2016) sudah nampak polisi berjaga-jaga. Musholla Al-Ikhlas menjadi posko mereka. Warga pun tampak berjaga-jaga. Alih-alih seperti diberitakan di berbagai media bahwa warga setempat merubuhkan sendiri bangunannya dan berpindah ke rusun, sebagian besar warga yang sudah sekian lama di kawasan ini memilih bertahan sembari menunggu aparat dan petugas penggusuran tiba.
Saat malam, menurut informasi Hadi Joban, aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Universalia yang mendampingi warga di lokasi atau titik penggusuran menyatakan listrik mulai dipadamkan sehingga pemandangan sekitar lokasi tampak gelap gulita. Bahkan menurut aktivis yang akrab disapa Jo itu, pemutusan aliran air PDAM sudah berjalan 2 bulan.
Saat petugas PLN, mendatangi kawasan ini dan memutuskan aliran listrik, nampak warga mengempesi ban mobil petugas PLN. Bahkan warga mendirikan tenda seadanya dan berkumpul serta melakukan doa bersama. Tangis tumpah ruah. Bahkan seorang wanita paruh baya bernama Ibu Tini menyatakan,” kami harus minta bantuan siapa?” dengan nada sedih.
Menurut pengakuan Jo, aparat keamanan wira-wiri dan banyak intel berkeliaran. Suasana kian mencekam apalagi suasana gelap gulita pasca aliran listrik diputus.
“Saya bilang, gak ada yang bisa dilakukan kecuali melawan. Saya juga bilang kalau yang bisa bantu ya diri mereka sendiri dan Tuhan,” tegas Jo.
Bahkan sejak Minggu malam akses untuk masuk ke kawasan Pasar Ikan ditutup dan yang di dalam kawasan memilih tetap bertahan. Di tengah pemberitaan media bahwa sudah tak ada warga yang memilih bertahan faktanya menurut Jo, sebagian besar justru memilih bertahan. Ada semacam pemelintiran fakta di lapangan.
“Bahkan saya lihat sendiri bahwa ada drone yang mengawasi kami di kawasan Pasar Ikan Luar Batang. Memantau. Kemana Ahok? Kok tidak turun? Kenapa hanya aparat saja?” ujar Jo dengan nada geram.
Menurut pengakuan Jo dari informasi warga, ada intel yang mencoba melakukan penyusupan untuk memprovokasi warga. Tetapi diketahui warga sehingga dia diusir.
Senin (11/4/2016) tatkala selesai sholat Subuh dan berdoa bersama, aparat yang sebelumnya melakukan apel di Musium Bahari mulai mencoba memundurkan warga yang sejak malam berkumpul dan memilih bertahan.
Pukul 07.20 wib alat berat yang beberapa merupakan sumbangan dari Sumitomo untuk Pemprov DKI mulai mem-buldozer rumah warga. Tangis warga pun pecah.
(bm/bti)