Friday, October 4, 2024
spot_img
HomeSosial BudayaKemanusiaanPuluhan Tahun Tanpa KTP, Nenek Ini Tak Dapat Raskin

Puluhan Tahun Tanpa KTP, Nenek Ini Tak Dapat Raskin

Nenek Rodiyah (64 tahun) alias Mamak Yoyok yang puluhan tahun tanpa KTP sehingga tak bisa masuk pada daftar warga miskin penerima Raskin dari pemerintah menyambut tim GSB di rumahnya yang sederhana, Minggu (10/4/2016).
Nenek Rodiyah (64 tahun) alias Mamak Yoyok yang puluhan tahun tanpa KTP sehingga tak bisa masuk pada daftar warga miskin penerima Raskin dari pemerintah menyambut tim GSB di rumahnya yang sederhana, Minggu (10/4/2016).

BANTEN – Nenek Rodiyah (64 tahun) yang akrab disapa Mamak Yoyok adalah seorang janda tanpa anak. Pak Nana, suaminya, telah meninggal dunia 1,5 tahun lalu akibat sakit liver. Mamak Yoyok kini hidup sebatang kara. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Mamak Yoyok hanya pasrah kepada rizki yang dikirimkan oleh Tuhan melalui belas kasihan orang-orang yang kebetulan lewat di depan rumahnya.

Semasa hidup suaminya, Mamak Yoyok setia setiap hari mendampingi berkeliling kampung untuk mengais sampah warga. Botol air mineral dan kardus yang masih layak, mereka jual kepada pengepul untuk menyambung hidup. Tenaga yang makin lemah dan penyakit tekanan darah tinggi membuat Mamak Yoyok kini tak mampu lagi memulung sampah.

Saat kami menjenguk ke rumahnya, Mamak Yoyok hanya mempunyai uang Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah). Jika tak ada orang yang memberinya uang, Mamak Yoyok hanya mengisi perutnya dengan kerupuk, tanpa nasi.

Masa kecil Mamak Yoyok begitu memilukan. Beliau ditinggal wafat ibunya setelah proses persalinan. Setelah ibunya wafat, ayah Mamak Yoyok menikah lagi. Lalu, beliau tinggal bersama ibu tirinya. “Kalau bapak tak ada di rumah, saya selalu diberi makan nasi basi,” Mamak Yoyok mengenang masa kecilnya.

Selama 40 tahun berumah tangga, Mamak Yoyok tak dikaruniai anak. Keempat saudara kandungnya pun telah meninggal muda. Kini, Mamak Yoyok pun hidup sebatang kara. Hingga kini, Mamak Yoyok tak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“Tiga tahun lalu waktu suami masih hidup, saya pernah mengurus KTP ke Ketua RT dan sudah membayar Rp 50.000,- tapi sampai hari ini, KTP saya masih belum jadi juga,” keluh Mamak Yoyok.

Seandainya punya KTP, Mamak Yoyok menuturkan dirinya bisa mendapatkan jatah beras raskin dan uang Rp 300.000,- per bulan seperti orang-orang miskin lainnya.

Beruntung ada sebuah Komunitas bernama Gerakan Sedekah Bebarengan (GSB) menemukan data soal Mamak Yoyok ini. Melalui media sosial, komunitas yang dirintis dan dikomandani oleh Teddy Lesmana seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggalang bantuan hingga akhirnya terkumpul bantuan berupa sembako dan uang tunai serta diserahkan langsung kepada Mamak Yoyok di rumahnya Jalan Musholla Haji Jawab, RT 01 RW 03, Larangan Selatan Kota Tangerang.

Penyerahan bantuan uang dan sembako ini sempat tertunda dua hari. Mamak Yoyok terpaksa mondar-mandir ke puskesmas untuk mengobati giginya yang terasa ngilu selama lima hari. Tak ayal, kedatangan tim GSB yang menyerahkan bantuan dari dermawan itu membuat hatinya sangat girang.

“Beras ini cukup untuk makan sampai puasa Ramadhan mas. InsyaAllah,” ungkapnya senang.

(ma/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Most Popular