Friday, April 19, 2024
HomeEkonomikaAPT2PHI: Data Bulog dan Mentan Tidak Sesuai Fakta Di Lapangan

APT2PHI: Data Bulog dan Mentan Tidak Sesuai Fakta Di Lapangan

Ilustrasi.
Ilustrasi.

KEDIRI – Ketua Umum Asosiasi Pedagang Dan Tani Tanaman Pangan Dan Holtikultura Indonesia (APT2PHI) Rahman Sabon Nama dalam kunjungannya ke Kabupaten Kediri (Jawa Timur) mengatakan hasil pantuannya di lapangan terutama daerah sentra produksi beras di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menemukan fakta menarik. Rahman berdasarkan hasil tinjauan langsung di lapangan menilai Perum Bulog ternyata gagal memenuhi target penyerapan nasional sebanyak 3,9 juta ton setara beras dalam negeri tahun 2016.

“Dari hasil pantuan kami dari (APT2PHI) di berbagai daerah Indonesia penyerapan pembelian gabah dan beras petani oleh Bulog secara nasional setara beras baru baru mencapai sekitar 20% dari target. Untuk Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur baru mencapai lebih kurang 17% dari target penyerapan sebesar 2,265 juta ton,” ujar Rahman Sabon Nama kepada cakrawarta.com, Minggu (10/4/2016).

Rahman menambahkan bahwa untuk Jawa Timur sendiri yang ditargetkan 1,O5 juta ton setara beras, baru berhasil menyerap kurang lebih sekitar 200.000 ton setara beras. Ironisnya, musim tanam kedua sudah dimulai, tetapi petani padi di Jawa Timur mulai dari Ngawi, Magetan, Madiun, Jombang, Nganjuk dan Kediri kesulitan menjual hasil panennya. Hingga kini harga gabah dan beras di tingkat petani anjlok dan merosot tajam.

“Harga Gabah Kering Panen (GKP) ternyata Rp. 3000/kg dari harga HPP GKP yang sebesar Rp. 3.700/kg tetapi harga di tingkat pedagang lebih mahal yakni Rp. 4.100/kg, sedangkan HPP beras Rp. 7.300/Kg. Anehnya, petani malah kesulitan menjualnya ke Bulog. Penjualan beras petani ke Bulog banyak yang ditolak dengan alasan kualitas rendah,” imbuh tokoh asal Nusa Tenggara Timur (NTT).

Rahman sendiri menyatakan prihatin melihat keadaan petani semakin remuk dan ini menunjukkan profesionalitas Perum Bulog dan Menteri Pertanian (Mentan) patut dikritisi karena tak mampu melakukan pengawalan dan pengawasan hingga hal seperti ini di tingkatan teknis masih saja terjadi.

Perkiraannya produksi beras tahun ini akan merosot akibat dari pengaruh El-nino dan padi petani banyak yang puso akibat direndam banjir. Tapi anehnya menurut Rahman, Bulog dan Menteri Pertanian mengklaim sudah amankan harga memasuki musim panen raya padahal kenyataan di lapangan beda jauh.

Bulog dan Mentan menurut Rahman tidak bisa mengantisipasi merosotnya harga gabah petani di berbagai daerah sentra produksi beras di Jawa dan sepertinya Bulog belum maksimal membeli beras petani. Dugaannya hal tersebut sengaja dilakukan oleh Menteri Pertanian dan Bulog agar tahun 2016 ini bisa impor beras lebih banyak lagi dari tahun lalu.

“Pada 2015 Pemerintah telah impor beras sebanyak 3 juta ton. Musim tanam padi kedua sedang berjalan sedangkan pembelian oleh pemerintah secara nasional baru mencapai 2O% dari target pembelian nasional setara beras 3,9 juta ton. Kalau begini mustahil target tersebut tercapai,” tutur Rahman Sabon Nama mengakhiri wawancara telepon dari Kediri.

(bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular