Friday, March 29, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanRelawan Kesehatan Indonesia Menilai Penanganan Covid-19 di Banten Kurang Optimal

Relawan Kesehatan Indonesia Menilai Penanganan Covid-19 di Banten Kurang Optimal

Para aktifis yang tergabung dalam organisasi Relawan Kesehatan (REKAN) Indonesia wilayah provinsi Banten melakukan unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Banten, beberapa waktu lalu.

 

BANTEN – Penanganan Covid-19 di Banten dinilai kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari kurang masifnya Pemprov Banten melakukan sosialisasi tentang bahaya Covid-19 dan kedisiplinan warga dalam melaksanakan protokol kesehatan. Kurang optimalnya penanganan Covid-19 di Banten dapat terlihat dari masih banyaknya pelanggaran pelaksanaan protokol kesehatan.

Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengungkapkan dalam telekonferensi Rapat Koordinasi Lanjutan Pembahasan Tentang Tindak Lanjut Penanganan Covid-19 yang digelar Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin malam, (7/2/2021), hingga Desember 2020 terdapat 165.875 pelanggar protokol kesehatan (Prokes). Data itu merupaka hasil tim pelaksana operasi yustisi Pemerintah Provinsi Banten bekerjasama dengan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten.

Rinciannya Kota Tangerang sebanyak 66.533 orang, Kabupaten Tangerang sebanyak 64.398 orang, Kabupaten Lebak sebanyak 10.623 orang, Kota Serang sebanyak 5.509 orang, Kota Tangerang Selatan sebanyak 5.251 orang, Kabupaten Pandeglang sebanyak 2.656 orang, Kota Cilegon sebanyak 5.294 orang, serta Kabupaten Serang sebanyak 1.220 orang.

Ketua Kolektif Pimpinan Wilayah Relawan Kesehatan (REKAN) Indonesia, Susiyanto menyatakan bahwa di lapangan masih banyak warga Banten yang tidak mengindahkan prokes, dimana banyak warga yang masih berkumpul tanpa menjaga jarak, penggunaan masker pun masih dianggap tidak penting oleh warga Banten.

“Hasil pantauan REKAN Indonesia wilayah Banten, banyak warga yang sudah tidak mematuhi protokol kesehatan. Warga masih banyak berkumpul tanpa menjaga jarak dan memakai masker. Bahkan disebagian warga Banten ada yang beranggapan bahwa di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada Covid-19,” papar Yanto panggilan akrabnya kepada cakrawarta.com, Jumat (12/2/2021) sore.

Yanto menambahkan, turunnya kesadaran warga Banten dalam kewaspadaan terhadap Covid-19, disebabkan kurang optimalnya sosialisasi yang dilakukan pemprov Banten kepada warga. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pemahaman kepala desa, ketua adat, ketua RW/RT, dan tokoh masyarakat yang sama sekali tidak memahami akan bahaya Covid-19.

“Karena kurangnya pemahaman sehingga upaya preventif tidak berlangsung di provinsi Banten. Belum lagi jika kita lihat pabrik-pabrik di Provinsi Banten banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan untuk pekerjanya,” kata Yanto.

Dari catatan REKAN Indonesia, saat ini klaster keluarga mendominasi di provinsi Banten. Untuk itu, REKAN Indonesia berharap pemprov Banten segera memasifkan sosialisasi dan memetakan mekanisme penanganan Covid-19 dengan baik.

“Ini mendesak dan harus segera diakukan. Jika tidak akan sangat mengkhawatirkan ke depan. Kami sangat berharap Pemprov Banten bisa melakukannya segera,” pungkasnya.

(an/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular