
PONOROGO, CAKRAWARTA.com – Di hadapan ratusan prajurit, PNS, dan ibu-ibu Persit di Markas Kodim 0802/Ponorogo, Mayjen TNI Rudy Saladin berbicara bukan sekadar sebagai Panglima, tapi sebagai pemimpin yang mengerti denyut nadi pengabdian di lapangan. Ia datang bukan membawa angka statistik keberhasilan, melainkan semangat kemanusiaan yang harus terus hidup dalam diri setiap Babinsa.
“Prajurit itu bukan mesin. Kalian adalah harapan yang hidup di tengah rakyat. Maka jangan pernah kehilangan nurani ketika bertugas,” tegasnya dengan suara mantap yang menggema di aula.
Pangdam V/Brawijaya itu menyampaikan apresiasi tulus kepada para Babinsa yang disebutnya sebagai ujung tombak TNI AD dalam menjaga stabilitas, keamanan, dan hubungan sosial di pelosok negeri. Ia menilai, keberhasilan berbagai program prioritas-dari Mabes TNI AD, Kodam, hingga ke tingkat Kodim-tidak akan pernah terjadi tanpa ketulusan kerja para prajurit teritorial di garis depan.
“Apa pun yang kita rencanakan di meja rapat, tidak akan berarti tanpa kerja nyata para Babinsa. Kalian lah yang menghidupkan program itu di tengah masyarakat,” ujar jenderal bintang dua itu.
Pangdam Rudy: Babinsa Harus Turun, Dengar dan Rasakan!
Lebih jauh, Rudy menegaskan bahwa Babinsa bukan hanya hadir untuk menyampaikan perintah, tapi harus terlibat penuh dalam denyut persoalan rakyat. Ia memperkenalkan istilah yang kuat: belanja masalah. Artinya, Babinsa harus aktif turun ke bawah, mendengar keluhan rakyat, merasakan kesulitannya, dan menjadi bagian dari solusinya.
“Luangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Turun ke desa, belanja masalah. Rakyat tidak butuh tentara yang sekadar hadir—mereka butuh pelindung yang punya hati,” serunya.
Ia menekankan bahwa menjadi Babinsa bukan soal rutinitas, tapi soal meninggalkan jejak. Sebuah legacy. Warisan perjuangan yang kelak akan dikenang warga sebagai pengabdian yang tak ternilai.
“Tinggalkan kesan, bukan sekadar laporan. Jadikan keberadaanmu bermakna bagi rakyat,” tegas alumni terbaik Akmil 1997 itu.
Dalam arahannya, Rudy juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan sebagai modal utama dalam bekerja dan mengabdi. Ia tak ingin melihat prajuritnya tumbang karena kelalaian terhadap pola hidup.
“Sehat itu pilihan, bukan kebetulan. Kalau ingin terus bisa mengabdi, jaga tubuhmu. Jangan abaikan olahraga, pola makan, dan kebersihan hidup,” ucapnya.
Ia pun memberi peringatan tegas terhadap maraknya pelanggaran yang kini mengintai anggota militer, seperti judi online dan penyalahgunaan narkoba. Menurutnya, siapa pun yang terjebak dalam pelanggaran seperti itu tidak hanya mencoreng nama satuan, tapi juga menyakiti harapan rakyat.
“Kalau ingin penghasilan tambahan, gali potensi diri. Bangun UMKM, bertani, berdagang halal. Jangan terjebak ilusi kekayaan instan lewat jalan haram,” katanya menasihati.
Persit: Perempuan Tangguh di Balik Prajurit Hebat
Tak lupa, Rudy memberikan apresiasi yang dalam kepada para istri prajurit yang tergabung dalam Persit. Ia menyebut mereka sebagai pondasi ketahanan keluarga sekaligus penopang moral dan semangat juang para suami.
“Tanpa kekuatan dan keikhlasan ibu-ibu Persit, prajurit kita tak akan seteguh ini. Kalian adalah penjaga rumah sekaligus penjaga semangat kami,” tuturnya dengan haru.
Mengakhiri arahannya, Rudy kembali menegaskan satu hal: menjadi prajurit bukan sekadar profesi, tapi panggilan jiwa. Panggilan untuk hadir, menyentuh, dan mengubah hidup orang lain. Ia ingin Babinsa tidak hanya dikenal sebagai perpanjangan tangan negara, tetapi juga sebagai sosok yang membawa cahaya harapan.
“Jadilah prajurit yang dirindukan, bukan ditakuti. Jadilah bagian dari doa-doa warga, bukan kekhawatiran mereka. Karena prajurit sejati adalah harapan yang hidup di tengah rakyat,” tutup Pangdam Rudy.
(Arwang/Rafel)