Thursday, May 22, 2025
spot_img
HomeGagasanLiputan KhususPolisi, Ulama, dan Rakyat Bersatu: Menolak Takluk pada Premanisme

Polisi, Ulama, dan Rakyat Bersatu: Menolak Takluk pada Premanisme

Kapolda Kalsel Irjen Rosyanto Yudha Hermawan saat memberikan keterangan pers terkait aksi memberantas premanisme, Sabtu (10/5/2025). (foto: Polda Kalsel for Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Rasa aman adalah hak dasar setiap warga negara. Namun, hak itu kerap tercuri di sudut-sudut kota oleh mereka yang menjalankan praktik premanisme: memalak, mengintimidasi, dan menciptakan rasa takut.

Namun kini, harapan itu mulai kembali. Di sejumlah daerah, aparat kepolisian bergerak cepat memberantas premanisme. Dari Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, hingga Banten, aksi bersih-bersih preman dilakukan secara masif. Tak hanya aparat, suara moral dari para ulama turut memperkuat perjuangan ini.

Sumsel Tangkap 103 Preman dan Jukir Liar

Sejak 1 Mei 2025, Polda Sumatera Selatan melaksanakan Operasi Sikat Musi 2025. Hingga Jumat (9/5/2025), sebanyak 103 preman dan juru parkir liar telah diamankan.

“Operasi ini bertujuan memberantas aksi premanisme dan juga kejahatan 3C—curas, curat, dan curanmor,” ujar Karo Ops Polda Sumsel Kombes Anis Prasetio Santoso dalam keterangannya, pada Sabtu (10/5/2025).

Polisi dari Polda Sumsel saat mengamankan para preman dalam Operasi Sikat Musi 2025. (foto: Polda Sumsel for Cakrawarta)

Ia menegaskan, pemberantasan ini akan terus dilakukan demi menciptakan rasa aman dan ketertiban masyarakat. “Tidak ada tempat bagi premanisme di Sumsel,” tegasnya.

103 Preman Diciduk di Kalimantan Selatan

Langkah serupa juga diambil Polda Kalimantan Selatan lewat Operasi Sikat 1 Intan 2025. Sebanyak 135 tersangka ditangkap dari 13 kabupaten/kota.

Kapolda Kalsel Irjen Rosyanto Yudha Hermawan menyampaikan bahwa mayoritas pelaku berhasil diamankan sebelum sempat melakukan aksinya.

“Premanisme mengganggu rasa aman warga dan menghambat aktivitas ekonomi. Karena itu kami akan terus melaksanakan operasi seperti ini,” ujarnya.

Ia berharap, dengan operasi rutin, masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang, dan iklim investasi di daerah tetap terjaga.

492 Orang Diamankan, Ulama Banten Apresiasi Polisi

Sementara itu, di Banten, operasi pemberantasan premanisme justru mendapat dukungan besar dari para tokoh agama. Dalam Operasi Pekat Maung 2025, Polda Banten mengamankan 492 orang, terdiri dari 63 tersangka dan 429 orang yang kini dibina dalam program “Polisi Peduli Pengangguran” (Poliran).

Ulama kharismatik asal Pandeglang, KH Ahmad Muhtadi Dimyati (Abuya Muhtadi), mengapresiasi langkah polisi. “Premanisme bukan ajaran Banten. Saya dukung tindakan tegas dan Insya Allah saya pun akan turun tangan,” ujar Abuya, Sabtu (10/5/2025).

Ulama kharismatik asal Pandeglang, KH Ahmad Muhtadi Dimyati (Abuya Muhtadi). (foto: Polda Banten for Cakrawarta)

Ustaz Cepi Syafarudin juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada Polda Banten. Menurutnya, langkah itu membuat suasana di Serang Kota dan wilayah Banten semakin kondusif.

Merawat Rasa Aman, Menolak Ketakutan

Ketika polisi bergerak dan ulama bersuara, masyarakat pun kembali memiliki harapan. Pemberantasan premanisme kini tak hanya menjadi urusan aparat penegak hukum, tetapi juga panggilan nurani bersama.

Premanisme memang bisa mencuri uang, bahkan nyali. Tapi tidak dengan harapan. Karena ketika negara hadir lewat tindakan nyata, dan masyarakat bersatu dalam keberanian, maka rasa aman akan selalu punya tempat di negeri ini. (*)

Tim Redaksi Khusus

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular