Thursday, May 22, 2025
spot_img
HomePolitikaNasionalMalam Barong’s Band Milenial: Panggung Kehormatan untuk Legenda Hidup Eros Djarot

Malam Barong’s Band Milenial: Panggung Kehormatan untuk Legenda Hidup Eros Djarot

Wamen Transmigrasi Viva Yoga Mauladi dan maestro seni Eros Djarot di Jakarta, Jumat (9/5/2025) malam. (foto: Kementrans for Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Jumat (9/5/2025) malam, Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) tak sekadar menjadi tempat pertunjukan. Ia menjelma menjadi altar penghormatan bagi seorang maestro, pejuang seni dan bangsa: Eros Djarot. Di bawah sorotan lampu dan denting nada nostalgia, Barong’s Band Milenial tampil bukan sekadar bermain musik, melainkan menggugah ingatan kolektif tentang semangat, perjuangan, dan idealisme yang tak lekang zaman.

Pentas ini seperti panggilan jiwa. Deretan seniman legendaris hadir: Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Setiawan Djodi, Keenan Nasution, Candra Darusman, Marini Sardi. Mereka duduk berbaur dengan pejabat dan tokoh publik — Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, anggota DPR Djarot S. Hidayat, Once Mekel, cendekiawan Hamid Basyaib, dan pengamat pendidikan Ki Dharmaningtyas. Malam itu, semua bersaksi atas kobaran api seni yang tak pernah padam dari seorang Eros.

Barong’s Band, yang dibentuk Eros di tahun 1970-an saat dirinya masih di Jerman, seakan terlahir kembali dengan energi baru: anak-anak muda penuh talenta, membawa semangat zaman dengan nafas milenial. Terakhir kali mereka tampil di Taman Ismail Marzuki tahun 1975. Kini, setelah setengah abad, semangat itu bangkit kembali—bukan sebagai nostalgia, tetapi sebagai bentuk perlawanan terhadap lupa.

Duduk nyaris tanpa bergerak dari awal hingga akhir pertunjukan, Viva Yoga larut dalam suasana. “Mas Eros adalah legenda. Ia bukan hanya sahabat dalam politik, tapi juga sahabat dalam roh seni yang kami perjuangkan bersama,” ujarnya dengan mata berkaca.

Bagi Viva Yoga, pentas ini bukan sekadar konser musik. Ia adalah bukti bahwa di tengah pusaran politik dan usia yang menua, semangat Eros dalam berkesenian justru semakin membara. “Mas Eros tak hanya bernyanyi. Ia berkisah. Ia menyampaikan pesan-pesan besar tentang demokrasi, moralitas, dan kebangsaan—dengan cara yang indah dan membumi,” tuturnya penuh haru.

Lebih dari itu, Viva Yoga memuji keberanian Eros dalam berkolaborasi dengan generasi muda. Barong’s Band Milenial bukan sekadar kelanjutan formasi lama—ia adalah jembatan antar generasi. “Regenerasi adalah keharusan, dan Mas Eros membuktikan itu. Lagu-lagunya yang hits di tahun 70-an dan 80-an kini bergema lagi lewat suara anak-anak muda. Once Mekel membawakan Selamat Tinggal Kekasih dan Pelangi dengan sangat apik. Lagu itu terasa tetap hidup, tetap relevan,” ujarnya penuh semangat.

Di ujung malam, yang tertinggal bukan hanya tepuk tangan. Tetapi keharuan. Sebuah kesadaran bahwa di dunia yang kian pragmatis, masih ada sosok seperti Eros Djarot—yang tak pernah berhenti mencipta, menginspirasi, dan melawan lupa.

“Ketelatenan, kesabaran, dan idealisme. Itulah yang membuat karya Mas Eros begitu monumental. Dan semangat itu, harus terus ditularkan kepada generasi penerus,” pungkas Viva Yoga.

Di balik panggung malam itu, berdiri seorang pejuang. Bukan dengan senjata, tapi dengan nada, kata, dan cinta untuk bangsa. Namanya: Eros Djarot. Legenda yang hidup.

(Ardi W/Abdel R)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular