SURABAYA – Perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh sekitar 7% hingga 7,8%n pada kuartal II tahun 2021 ini. Prediksi optimis yang menyatakan bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh sampai 7,8 persen tentu merupakan kabar yang sangat menggembirakan.
Merespon hal tersebut, pakar Ekonomi Publik Universitas Airlangga (Unair) Dr. Ni Made Sukartini mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi, apalagi sampai di atas 5% merupakan suatu hal yang luar biasa. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa aktivitas ekonomi normal mulai berlangsung.
“Yang perlu digarisbawahi adalah pertumbuhan perekonomian ini masih merupakan prediksi, karena masih ada satu bulan lagi dalam perjalanan kuartal II tahun 2021. Kondisi ini tentu membawa harapan baru, dimana kita semua bisa keluar dari pelemahan ekonomi yang sempat terjadi selama lebih dari setahun terakhir,” ungkap Ni Made dalam keterangan tertulis yang diterima tim redaksi cakrawarta.com, Minggu (30/5/2021) siang.
Menurut Ni Made prediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 7,8% bermakna bahwa mulai ada peningkatan aktivitas ekonomi, baik dari sisi produksi maupun dari sisi pengeluaran. Dari sisi produksi, beberapa sektor yang sempat melambat pada saat pandemi sudah mulai bangkit kembali. Di antaranya adalah sektor properti, industri, serta sektor perdagangan dan jasa.
“Sektor pertanian secara umum tetap berproduksi, dan sektor ini satu-satunya yang bertahan dan bahkan tetap tumbuh selama pandemi. Hal ini menunjukkan kepercayaan bisnis sudah mulai tumbuh,” jelasnya.
Sedangkan dari sisi konsumsi, lanjutnya, pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran pemerintah cukup mendominasi. Selama bulan April hingga Mei yang bertepatan dengan Ramadan dan lebaran turut menyumbang kenaikan konsumsi rumah tangga yang cukup signifikan.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan andalan bagi negara berpenduduk besar seperti Indonesia. Di sisi lain, diyakini investasi dan kinerja perdagangan luar negeri juga masih berkontribusi cukup signifikan.
“Jadi, jika prediksi angka pertumbuhan ini berjalan seperti yang kita harapkan, tentu menjadi hal yang positif dan menggembirakan bagi masyarakat Indonesia,” lanjutnya.
Jika pandemi Covid-19 sudah mulai mereda, diharapkan 17 sektor perekonomian Indonesia dapat berkontribusi bersama-sama. Namun pada kenyataannya, hanya sektor ekonomi yang mampu dengan cepat menyesuaikan dengan situasi yang paling cepat pulih dan berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB).
“Sektor pertanian saya yakin masih dominan, mengingat berbagai upaya dilakukan untuk mendorong sektor ini agar mampu mendukung ketahanan pangan, yang ini cukup terbukti selama pandemi. Sektor lain seperti konstruksi, perdagangan, pariwisata dan jasa secara umum diprediksi akan tumbuh signifikan,” imbuhnya.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprediksi akan tumbuh cepat, mengingat keterkaitan sektor ini dengan teknologi informasi yang cukup tinggi. Hal yang sama, atau bahkan jauh lebih cepat tumbuh adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Aktivitas terkait sektor ini cukup terpukul selama pandemi.
“Jika pandemi telah reda, masyarakat akan sangat merindukan kegiatan terkait sektor ini. Semoga hal ini menjadi kenyataan tanpa menimbulkan masalah atau kasus baru,” pungkas Ni Made penuh harap.
(pkip/bti)