Thursday, May 9, 2024
HomePendidikanPsikologiPakar: Perubahan Mood Berdampak Fatal Bagi Kehidupan Manusia

Pakar: Perubahan Mood Berdampak Fatal Bagi Kehidupan Manusia

ilustrasi perubahan mood. (foto: istimewa)

SURABAYA – Ilmu Psikiatri Biologi dan Psikofarmakologi mengalami perkembangan sebagaimana yang terlihat pada dua dekade terakhir dari abad ke-20. Era tersebut memunculkan penemuan perubahan neurobiologis yang mendasari gangguan psikiatri dan terapinya ketika terjadi gangguan psikiatri dan mood.

Sebelumnya, riset terdahulu hanya melakukan penelitian neuropatologi dan gangguan mental pada hewan maupun manusia. Kemudian secara bertahap muncul penemuan baru berupa peran genetik pada gangguan mental berat, Skizofrenia, dan penemuan medikasi.

Penemuan-penemuan hasil penelitian terkait Ilmu Psikiatri di atas mendorong minat ilmuwan di Indonesia seperti psikiater, ahli saraf, ahli bedah saraf, dan psikologi untuk melakukan kajian. Tidak luput juga Prof. Dr. Margarita Maria Maramis, dr., SpKJ(K), FISCM, yang menyelesaikan penelitian terkait gangguan mood pada otak manusia berdasarkan perspektif Psikiatri Biologi.

Hasil penelitian tersebut, dipaparkan langsung oleh Margarita ketika pengukuhan guru besar dirinya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Unair, Surabaya, pada Rabu (27/12/2023). Dalam acara tersebut dia resmi menjadi guru besar bidang Ilmu Kedokteran Jiwa atau Psikiatri, terutama bidang Ilmu Psikiatri Biologi dan Psikofarmakologi.

Margarita mengungkapkan gangguan mood dapat terjadi pada siapa saja dengan rentang usia dan kultur yang  bervariasi. Dia menyebutkan gangguan mood muncul akibat perasaan yang berlebihan maupun depresi. Selain itu, Prof Margarita menambahkan bahwa depresi menjadi pemicu gangguan mood tertinggi dengan prevalensi 25% pada remaja.

Prof. Dr. Margarita Maria Maramis, dr., SpKJ(K), FISCM, saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam pengukuhan guru besar dirinya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Unair, Surabaya, Rabu (27/12/2023). (foto: humas Unair)

“Berdasarkan studi di Surabaya pada populasi terbatas mendapatkan prevalensi gangguan bipolar pada orang dewasa 4,4% dan gangguan depresi sebesar 9,5%. Dengan melihat prevalensi tersebut perlu melakukan perhatian terhadap mereka yang mengalami gangguan mood,” jelasnya.

Margarita menambahkan bahwa dampak depresi apabila terus terabaikan dapat mempengaruhi diri sendiri, kegiatan ibadah, dan relasi pada orang lain. Dia menyebutkan bahwa gangguan mood tersebut juga berdampak pada berbagai penyakit dan risiko kematian.

“Depresi yang tidak tertangani secara baik dapat berakibat fatal karena bisa memicu tindakan bunuh diri akibat perasaan tidak nyaman yang muncul dalam pikiran seseorang. Selain itu, depresi juga menimbulkan perubahan perilaku yang berpengaruh terhadap hubungan sosial,” tuturnya.

Karena itu, Margarita menawarkan cara pencegahan gangguan mood dimana pencegahan yang terbaik, lanjutnya, adalah yang dilakukan sejak dini atau saat saraf-saraf manusia dapat menangkap sinyal dari luar maupun dalam dirinya.

“Langkah awal mencegah gangguan mood bisa berawal sejak di dalam kandungan setelah tuba saraf dan pancaindera terbentuk sempurna. Lalu ketika anak mengalami perkembangan hingga dewasa orang tua perlu mengawal dan memberi pengasuhan terhadap mentalnya,” ungkapnya.

Karenanya, Margarita menekankan pentingnya pola pengasuhan anak. Baginya orang tua berperan penting menjadi model bagi anak dalam bersikap.

“Orang tua harus memberi contoh kepada anak dalam mengolah perasaan, sikap, dan tindakan. Pengasuhan tersebut dapat meningkatkan self-awareness anak,” pungkasnya.

(pkip/mar/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular