Kita hampir masuk dalam perangkap sesat pikir. Ada yang menginsinuasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mendukung calon tertentu. Saking kalap (atau kalutnya), kita percaya saja. Apalagi setelah itu, ada pihak-pihak yang mengkonfirmasi kebenaran klaim itu. Kita makin gelap mata.
Untungnya, Jokowi mau buka-bukaan di depan kita malam ini. Kita kemudian tahu, nama Presiden sekadar dicatut, persis seperti kejadian “Papa Minta Saham”. Kenapa si penginsinuasi mengusung calon bermasalah itu? Tak usah repot-repot beranalisa. Calon itu adalah figur terbaik untuk kepentingan bisnis dan politik si pengininuasi. Bukankah kita sama-sama tahu sepak terjang keduanya? Sang jenderal dan sahabatnya. Sang Jenderal sama sekali tak peduli kalau jagoan dia itu akan menjadi liability (beban hutang) bagi Golkar. Dia tak peduli Golkar mau besar atau terperosok karena capaian politik dia selama ini adalah hasil manuver individu dirinya sendiri. Yang jelas, skenario membesarkan Partai Golkar melalui sahabatnya yang memiliki banyak kasus hukum akan semakin menguatkan posisi sang Jenderal dalam politik internal KIH dan pemerintahan.
Yang lainnya, sadarkah anda, bahwa TV biru anak kandung dari sebuah partai sempalan Golkar, belakangan mendadak “Cinta Golkar”, TV yang seringkali terlalu “jeli”membahas mengenai kesalahan-kesalahan dari Partai Golkar, lalu menjadi ikut perduli dengan keberadaan Munaslub Golkar, bahkan Ketua Umumnya datang sendiri di proses pembukaan di Bali. TV yang didominasi warna biru ini juga mendadak menjadi ramah dalam pemberitaannya terhadap calon ketua umum “bermasalah” yang sebelumnya telah menjadi bulan-bulanan TV ini pada masa kasus “Papa Minta Saham”. Siapa dibalik ini semua? Seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari kita. Ya, dia sang Ketua Partai.
Motif dia sangat gamblang: ingin mengerdilkan Partai Golkar. Jika jagoan si penginsinuasi jadi ketum, Golkar akan dijauhi pemilih, bahkan juga oleh konstituen loyalnya sendiri. Logikanya sederhana, alangkah mudahnya si ketua partai ikut memainkan peranan dalam menentukan masa depan Partai Golkar manakala ketumnya adalah orang yang “masih” memiliki kasus di kejaksaan, yang notabene kita ketahui berada dibawah kendali politik sang ketua partai biru. Jika itu yang terjadi, silahkan bayangkan sendiri bagaimana nasib Partai Golkar nantinya. Dan, bayangkan pula betapa melejitnya partai yang berjargon restorasi itu.
Kita hampir masuk dalam perangkap maut jika saja presiden tak blak-blakan ketika berpidato di pembukaan Munaslub. Kita tak bisa sepenuhnya salahkan si penginsinuasi karena kita seharusnya sudah mengenal dengan baik tabiat orang ini. Juga terhadap si ketua partai.
Bergabung bersama Pemerintah merupakan opsi yang bagus buat Partai Golkar. Tetapi akan lebih bermartabat jika ketum kita bukanlah figur yang menjadi beban bagi partai tercinta ini. Kita tak kekurangan pilihan, kok. Karena partai ini lahir sebagai partai kader, partai modern. Salam!
Mr. BM
Insan Muda Partai Golkar