Friday, December 19, 2025
spot_img
HomePendidikanMotor Baca Keliling, Jalan Sunyi Literasi Anak di Kaki Gunung Salak

Motor Baca Keliling, Jalan Sunyi Literasi Anak di Kaki Gunung Salak

Program MOBAKE alias Motor Baca Keliling dari TBM Lentera Pustaka saat menyapa anak-anak Kampung Gadog Tengah, Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Minggu (23/6/2025). (foto: Lentera Pustaka for Cakrawarta)

BOGOR, CAKRAWARTA.com – Di saat dunia sibuk membicarakan kecerdasan buatan dan transformasi digital, akses anak-anak Indonesia terhadap buku bacaan justru semakin terpinggirkan. Di tengah derasnya arus teknologi, upaya untuk membangun tradisi membaca bagi anak-anak kini berjalan di jalan sunyi, dan seringkali terabaikan.

Namun dari kaki Gunung Salak, muncul gerakan senyap namun bermakna yaitu Motor Baca Keliling (MOBAKE), inisiatif dari TBM Lentera Pustaka, yang setiap pekan menyusuri kampung-kampung demi satu misi sederhana, membawa buku ke hadapan anak-anak yang ingin membaca.

“Hari ini masalah utama bukan lagi minat baca anak, tapi akses bacaan. Anak-anak mau membaca, tapi ke mana mereka harus pergi? Hampir tidak ada perpustakaan, taman baca, atau ruang literasi di dekat rumah mereka,” ujar Syarifudin Yunus, pendiri TBM Lentera Pustaka dan dosen Universitas Indraprasta (Unindra) dalam keterangannya pada media ini, Senin (23/6/2025).

Di era dominasi gawai dan platform digital, membaca buku fisik makin sulit diakses. Apalagi bagi anak-anak di desa atau wilayah pelosok. Alih-alih menyalahkan anak karena terlalu sering bermain ponsel, Syarifudin menilai negara dan masyarakat justru belum menyediakan ruang yang memadai untuk membaca.

“Jangan salahkan anak-anak terlalu banyak nonton YouTube atau main game. Mereka hanya tidak diberi kesempatan untuk jatuh cinta pada buku,” ujarnya.

Dua Tikar, 200 Buku, dan Satu Motor

Program MOBAKE dilakukan secara rutin setiap Minggu. Dengan satu unit motor dan boks berisi sekitar 200 buku, tim Lentera Pustaka membawa akses bacaan langsung ke pemukiman warga. Tak perlu bangunan megah, cukup dua tikar dibentang, anak-anak pun duduk dan mulai tenggelam dalam dunia cerita.

Seperti yang dilakukan pada Minggu (22/6/2025) kemarin, motor baca berkunjung ke Kampung Gadog Tengah, Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Puluhan anak tampak antusias membaca, beberapa di antaranya bahkan membawa adik atau teman.

“Motor baca ini mungkin kecil, tapi bagi anak-anak di sini, ia menjadi jembatan menuju mimpi,” kata Syarifudin.

Melalui buku, anak-anak tidak hanya menambah pengetahuan. Mereka belajar berpikir kritis, memahami dunia luar, dan menyerap nilai-nilai kehidupan seperti empati, kerja keras, dan kejujuran. Akses terhadap bacaan adalah pintu awal untuk membentuk karakter dan cita-cita.

Syarifudin meyakini bahwa membaca adalah proses deep learning yang melatih kemandirian belajar. Di tengah keterbatasan infrastruktur pendidikan, buku bisa menjadi alat paling murah dan efektif untuk mengurangi kesenjangan pendidikan, asal aksesnya tersedia.

Di saat wacana literasi banyak diperdebatkan di ruang-ruang seminar, TBM Lentera Pustaka memilih untuk bergerak langsung ke lapangan. Motor baca keliling adalah simbol perlawanan terhadap ketimpangan literasi, sebuah jalan sunyi yang dilalui tanpa sorotan, tapi penuh arti.

“Literasi itu tindakan, bukan slogan. Dan kami memilih bergerak, bukan menunggu,” pungkas Syarifudin.

Motor Baca Keliling mungkin hanya satu motor, tapi ia membawa harapan bagi anak-anak yang selama ini jauh dari buku. Di kaki Gunung Salak, literasi masih bertahan, meski perlahan, namun pasti. Salam literasi. (*)

Editor: Tommy dan Rafel

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular