Wednesday, December 17, 2025
spot_img
HomeEkonomikaMenjemput Asa dari Laut dan Tambang: Jalan Sunyi Sabhumi Barat Basra ke...

Menjemput Asa dari Laut dan Tambang: Jalan Sunyi Sabhumi Barat Basra ke Tiga Negara

Gus Lilur dengan beragam unit bisnis miliknya. (foto: dokumen pribadi)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di tengah riuhnya peta ekonomi global dan gelombang investasi yang kian kompetitif, satu nama dari Indonesia Timur kembali menggetarkan tapal batas: Sabhumi Barat Basra. Bukan konglomerasi asing. Bukan pula nama tua dari barisan oligarki lama. Ia lahir dari peradaban kampung, berakar dari tanah, laut, dan tangan-tangan anak bangsa yang tak pernah berhenti bermimpi.

Mulai Selasa (24/6/2025), Sabhumi Barat Basra memulai langkah sunyi namun pasti, perjalanan lintas tiga negara yakni Singapura, Vietnam, dan China. Perjalanan ini bukan wisata bisnis biasa. Ini adalah ikhtiar besar yang dirancang dengan presisi dan napas panjang, membangun jalan ekonomi baru dari Indonesia untuk dunia.

Singapura: Memancang Tiang Pertama di Negeri Ujung Jari

Empat orang terpilih akan menginjakkan kaki pertama ke negeri pulau itu. Di sana, dua perusahaan resmi didirikan yaitu ALI Investment Pte Ltd dan Santri Global Group Pte Ltd.

ALI akan mengelola pembiayaan di sektor perikanan budidaya, sedangkan Santri Global dikhususkan untuk sektor pertambangan yaitu timah, silika, dan zirkon, tiga komoditas yang kini menjadi rebutan banyak negara.

“Kami tidak ingin sekadar jadi penyedia bahan mentah. Kami ingin menguasai rantai nilainya. Dan untuk itu, pusat kendali keuangan harus kuat,” ungkap HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, tokoh di balik semua ini, dalam keterangannya pada media ini, Senin (23/6/2025) pagi.

Vietnam: Dari Lobster ke Batubara, Mengikat Dua Dunia

Destinasi berikutnya adalah Vietnam. Empat pucuk pimpinan dari anak-anak perusahaan utama yakni BALAD Grup, SANTRI Grup, BIG, dan ANTARA Grup, akan menjalankan agenda kembar: budidaya lobster dan perdagangan batubara.

Vietnam dipilih bukan karena dekat, melainkan karena mereka tahu caranya menaklukkan pasar dunia lewat laut dan tambang, seperti yang sedang dirintis Indonesia.

“Kami tidak sedang berbisnis dengan Vietnam. Kami sedang belajar dari Vietnam. Sekaligus menawarkan kemitraan yang setara,” imbuh pria yang akrab disapa Gus Lilur itu.

China:  Belajar ke Negeri Pengrajin Mesin dan Laut

Menurut Gus Lilur, sekitar 3 Juli 2025 mendatang, rombongan akan terbang ke China. Jumlah delegasi meningkat jadi 15 orang: 8 dari tim pertambangan, 7 dari tim perikanan.

Di sana mereka akan melakukan survei terkait mesin-mesin produksi tambang, dari timah, silika, hingga zirkon dan mendalami budidaya teripang dan belajar membuat keramba jaring apung dari para inovator laut China.

Bagi Sabhumi, China bukan tujuan akhir, tapi cermin pembelajaran. “Kami bukan bangsa peminta. Kami bangsa pembelajar,” tegas Gus Lilur.

Di balik nama-nama korporasi dan agenda ekspor-impor, Sabhumi Barat Basra adalah narasi panjang tentang keringat dan harga diri. Dengan lebih dari 100 anak dan cucu perusahaan, grup ini tidak dibangun dengan utang luar negeri, tapi dengan solidaritas ekonomi antar-anak bangsa. Sebuah gotong royong modern dalam bentuk perusahaan.

Dan semua itu berpijak pada sosok yang tak pernah ingin disebut pengusaha. HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy lebih senang menyebut dirinya sebagai Petani Indonesia, Penambang Nusantara dan Nelayan Nusantara.

Gus Lilur tidak memilih kantor mewah di Jakarta. Ia lebih sering berada di tambang, tambak, atau kota/kabupaten di daerah sehingga tetap bisa dekat dan membersamai karyawan dan petani nelayan binaannya tinggal.

Apa yang dilakukan Sabhumi Barat Basra hari ini bukan sekadar ekspansi. Ini adalah pembuktian bahwa ekonomi kerakyatan bukan utopia. Ia hidup. Ia tumbuh. Dan ia siap menantang dominasi asing.

Jika semua berjalan sesuai rencana, dalam beberapa tahun ke depan, dunia akan mengenal sebuah nama baru dari Indonesia. Bukan lewat berita konflik atau bencana, melainkan lewat prestasi dan kemakmuran.

Dan itu dimulai dari perjalanan kecil ke tiga negara, oleh orang-orang yang percaya bahwa laut dan tambang adalah anugerah, bukan kutukan.

“Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Gus Lilur, pria yang senang berbagi pada mereka yang membutuhkan tanpa sorot kamera.(*)

Editor: Tommy dan Rafel

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular