Wednesday, December 17, 2025
spot_img
HomePolitikaDaerahGrebeg Suro 2025: Saat Tong Sampah Jadi Kanvas, Anak-anak Ponorogo Lukis Harapan...

Grebeg Suro 2025: Saat Tong Sampah Jadi Kanvas, Anak-anak Ponorogo Lukis Harapan untuk Bumi

Anak-Anak usia SMP dan SMA se-kabupaten Ponorogo tampak antusias saat mengikuti Lomba Melukis Tong Sampah di Pendopo Agung Ponorogo, Minggu (22/6/2025). (foto: Muh Nurcholis)

PONOROGO, CAKRAWARTA.com – Grebeg Suro 2025 tak hanya menjadi ajang pesta budaya dan pelestarian tradisi di Bumi Reyog. Tahun ini, ada yang berbeda. Di balik gegap gempita atraksi seni, ada suara kecil namun lantang yang menggema: suara anak-anak yang menyuarakan cinta pada lingkungan lewat lukisan di atas tong sampah.

Bertempat di Pendopo Agung Ponorogo, 37 pelajar dari SMP hingga SMA se-Kabupaten Ponorogo mengikuti Lomba Melukis Tong Sampah, sebuah kegiatan kreatif hasil inisiasi Yayasan Batu Hijau. Tak seperti lomba pada umumnya, media lukis yang digunakan kali ini bukan kanvas atau kertas, melainkan ember bekas cat yang disulap menjadi tong sampah penuh warna dan makna.

“Kami ingin mengajak generasi muda untuk mencintai bumi dengan cara yang menyenangkan. Tahun ini, mereka melukis tema lingkungan dan Ponorogo di atas barang bekas yang punya nilai guna,” ujar Eva Susanti, Ketua Yayasan Batu Hijau, Minggu (22/6/2025).

Kegiatan ini menjadi gelaran kedua setelah sukses tahun lalu, dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Kali ini, lomba dibuka langsung oleh Bupati Sugiri Sancoko yang juga memberikan dukungan penuh atas kreativitas para pelajar.

Bukan Sekadar Lomba, Tapi Gerakan Cinta Lingkungan

Setiap goresan kuas membawa pesan. Dari lukisan pemandangan hijau, Reog dengan latar pelangi, hingga slogan-slogan edukatif seperti Jaga Alam, Jaga Masa Depan, tong-tong sampah yang awalnya biasa kini menjelma menjadi simbol kepedulian.

“Kami pilih tong sampah karena ingin menanamkan makna: barang yang biasa pun bisa menjadi luar biasa jika disentuh dengan kreativitas,” jelas Umi Hamamah, penanggung jawab lomba. Ia menambahkan, penggunaan barang bekas juga menjadi bagian dari upaya edukasi soal reduce, reuse, recycle (3R).

Meski bentuk tong tak rata dan licin, para peserta tetap antusias. Mereka berjuang menyelesaikan lukisan terbaiknya meski harus berkali-kali menghapus dan memperbaiki gambar.

“Ini seru banget! Awalnya sulit, tapi makin lama jadi suka. Lukisan saya tentang hutan Ponorogo yang harus dijaga. Semoga menang, tapi yang penting bisa ikut peduli,” ujar salah satu peserta, Raisa, pelajar kelas 9 dari SMP Negeri 2 Jetis.

Beasiswa dan Harapan

Tak hanya lomba, Yayasan Batu Hijau juga memberikan beasiswa kepada 11 pelajar berprestasi, sebagai bentuk komitmen mendukung pendidikan di Ponorogo. Eva menyebut, program beasiswa ini rutin diberikan setiap enam bulan sekali.

“Kami ingin memotivasi adik-adik agar terus berprestasi. Lingkungan dan pendidikan harus jalan beriringan,” tegas Eva.

Di akhir acara, seluruh tong sampah hasil lomba akan ditempatkan di ruang publik sebagai tempat sampah sekaligus karya seni yang mempercantik lingkungan.

Dalam pidatonya, Bupati Sugiri menyebut kegiatan ini sebagai langkah kecil yang berdampak besar.

“Anak-anak kita sedang mengajarkan kepada kita semua bahwa mencintai budaya juga berarti mencintai bumi. Mari tiru semangat mereka,” ucapnya.

Grebeg Suro 2025 pun bukan hanya panggung untuk Reog dan ritual budaya. Ia juga menjadi ruang bagi kreativitas yang menyala dan gerakan cinta lingkungan yang dimulai dari hal paling sederhana, sebuah tong sampah, dan sebuah mimpi untuk dunia yang lebih hijau.(*)

Kontributor: Muh Nurcholis 

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular