Thursday, May 9, 2024
HomePolitikaMinim Dilibatkan Dalam Pembangunan, Antropolog: Masyarakat Adat Bagian Indonesia, Tolong Diperhatikan!

Minim Dilibatkan Dalam Pembangunan, Antropolog: Masyarakat Adat Bagian Indonesia, Tolong Diperhatikan!

ilustrasi masyarakat adat di Indonesia. (foto: greeners.co)

SURABAYA – Isu masyarakat adat tidak terlalu terbahas dalam Debat Cawapres 2024. Padahal, masyarakat adat merupakan bagian dari Indonesia yang membuat Indonesia terkenal dengan negara kaya budaya. Pakar Antropologi Hukum, Dr. Sri Endah Kinasih, S.Sos., M.Si., berpendapat bahwa negara harus mengerti kenapa masyarakat adat penting untuk memperjuangkan hak-haknya.

“Ternyata memang debat (menganggap, red.) masyarakat adat itu bukan sesuatu yang urgent. Ini kan sebenarnya bagian dari masyarakat Indonesia. Dan, itu seharusnya masuk di dalam visi misi capres-cawapres,” ujar Endah sapaan akrabnya pada media ini.

Endah mengatakan bahwa pembangunan dari atas ke bawah (top-down) merupakan akar dari masalah tidak diakuinya hak masyarakat adat. Ketidakterlibatan masyarakat adat di dalam pembangunan mengakibatkan terjadinya sengketa. Padahal, belum tentu nilai dan norma yang dipercayai oleh masyarakat adat sesuai dengan konsep negara atau pemerintahan.

“Misalnya, ketika pengeboran Blok Masela, di Maluku Tenggara Barat. Dia (masyarakat adat) terkait dengan konsep tanah itu sangat tinggi. Konsep yang mereka pikirkan adalah mereka itu sangat bergantung pada tanah adat itu. Pemerintah harus mengerti tentang itu,” sambung Endah.

Pakar Antropologi Hukum FISIP Universitas Airlangga, Dr. Sri Endah Kinasih, S.Sos., M.Si. (foto: istimewa)

Menurutnya, tanah bagi masyarakat adat memiliki nilai tersendiri. Bagaimana hubungan kekerabatan mereka hingga kepercayaan dan keyakinan yang ada di tanah tersebut.

“Ketika dipindahkan, direlokasi, mereka kan harus berpikir juga. Misalnya, kita kan punya punden, makam keluarga, atau upacara-upacara keagamaan yang mereka yakini bersama, ketika dipindah harus bagaimana? itu yang tidak dipikirkan oleh pemerintahan. Maka, pembangunan itu harus bottom-up,” tukasnya.

Demi melancarkan proses pembangunan, lanjut Endah, pemerintah dan negara harus mengerti hak-hak masyarakat adat. Dirinya menekankan bahwa ada 46 pasal yang mengatur dalam Deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat. Hak ulayat juga bukan berupa tanah saja, tetapi air, tumbuhan, binatang, nilai serta norma masyarakat terkait dengan kepercayaan dan keyakinan mereka juga termasuk ke dalam hak masyarakat adat.

“Jadi, misalnya Bali, ketika akan membangun tol Banyuwangi ke Bali. Mengapa mereka menolak? Di sana ada Pura, Persembahan, dan jalan itu pasti nantinya akan lebih tinggi dibandingkan Tanah Adat Bali. Itu yang harus diperhatikan karena tanah ini untuk persembahan ke Pura,” paparnya.

Endah meminta negara dan pemerintah untuk memperhatikan dan mengerti hak-hak masyarakat adat.

“Bumi, air memang dikuasai negara, miliknya negara, tetapi tolong, mereka kan itu bagian dari Indonesia, tolong diperhatikan,” pungkas wanita yang merupakan dosen FISIP Unair itu.

(pkip/mar/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular