Friday, March 29, 2024
HomeGagasanMinang, 40 Tahun Bung Hatta dan Indonesia Kita

Minang, 40 Tahun Bung Hatta dan Indonesia Kita

Pagi ini, Sabtu, 14 Maret 2020 acara 40 tahun meninggalnya Bung Hatta tetap berjalan di tengah maraknya virus corona (covid-19) di Indonesia. Sudah tentu, semoga Allah SWT melindungi makhlukNya yang sedang memperingati hari wafat salah satu proklamator Indonesia ini.

Pagi ini juga, saya mengingat kembali wawancara langsung saya dengan seorang tokoh pers di masanya, yaitu Burhanudin Mohamad (B.M) Diah dari halaman 65 dan seterusnya di Bab IV “Soekarno-Hatta dalam Pandangan Saya” yang dimuat dalam buku “Butir-Butir Padi B.M. Diah (Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman)” diungkapkan kepada Dasman Djamaluddin ( Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992). Ujar B.M. Diah:

“Saya mengenal Bung Karno dan Bung Hatta untuk pertama kali ketika mereka datang menghadiri acara perkawinan saya dengan Herawati pada tanggal 18 Agustus 1942. Kehadiran Bung Karno dan Bung Hatta pada acara tersebut karena diundang paman isteri saya, Mr. Soebardjo. Ia dekat dengan pemimpin rakyat itu. Ketiga orang ini ikut terlibat membuat konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah asli proklamasi telah saya serahkan kepada Presiden Soeharto pada tanggal 19 Mei 1992).

“Bung Hatta sebagai orang kedua yang mempunyai kharisma menghadapi bangsa Indonesia, mempunyai sifat lebih tertutup.”

Ketika Bung Karno didesak pemuda membacakan Proklamasi, ia marah. “Biar pun saya digorok, saya tidak melakukan Proklamasi.” Bung Hatta yang berada di sampingnya, ikut setuju dengan sikap Bung Karno. Halaman 75-76. Banyak cerita yang diungkapkan B.M. Diah kepada saya tentang Bung Karno dan Bung Hatta.

Selain Bung Hata, di awal kemerdekaan banyak sekali putra dan putri Minangkabau yang berperan di berbagai bidang. Misalnya Mohammad Hatta yang sering dipanggil Bung Hatta dikenal sebagai proklamator. Juga Sjahrir yang pernah menjadi perdana menteri.

Di bidang sastra seperti Marah Rusli (Roesli) dan buku karangannya, “Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai

Adalah sebuah kebanggaan, sekaligus sebuah kehormatan. Bukan saja menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau, tetapi juga bagi kita bangsa Indonesia. Kebanggaan yang akan mengingatkan kita sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejumlah nama selain Marah Rusli (Roesli), ada pula nama-nama seperti Abdul Muis, Idrus, Hamka, dan A.A Navis berkarya melalui penulisan novel. Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif serta beberapa penulis asal Minang lainnya. Chairil Anwar dan Taufiq Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Sutan Taqdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia hingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional.

Novel-novel karya sastrawan Minang seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Layar Terkembang, dan Robohnya Surau Kami telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.

Di bidang jurnalis yang ikut pula melakukan pengembangan bahasa, antara lain Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, dan Ani Idrus. Di samping itu, Abdul Rivai yang dijuluki Perintis Pers Indonesia, Rohana Kudus yang menerbitkan Sunting Melayu, menjadi wartawati dan pemilik koran pertama di Indonesia.

Tuanku Abdul Rahman, salah Seorang Tokoh Minang yang berpengaruh di Malaysia. Selain itu, di bidang politik, tokoh asal Minang banyak yang menjadi motor perjuangan. Selain Bung Hatta dan Sjahrir, sebut saja, Tan Malaka yang terpilih menjadi wakil komunis se-Asia Tenggara. Muhammad Yamin, pelopor Sumpah Pemuda, Agus Salim, Jahja Datoek Kajo dan Abdoel Moeis, politisi yang paling vokal di dewan volksraad bentukan Belanda.

Yang lainnya adalah yang menjadi pimpinan parlemen, Chairul Saleh dan puluhan lain jadi menteri, antaranya, Azwar Anas, Fahmi Idris, Emil Salim. Bahkan, masa Demokrasi Liberal parlemen didominasi politisi Minang. Pimpinan dan pendiri partai oleh politisi Minang, sebut saja PARI dan Murba yang didirikan oleh Tan Malaka, Partai Sosialis Indonesia oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Muhammad Hatta.

Selanjutnya, pengusaha sukses juga banyak berasal dari Minang, seperti Abdul Latief, Basrizal Koto (pemilik peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara), Hasyim Ning (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia) dan tuanku Tan Sri Abdullah (pemilik Melewar Corporation Malaysia). Orang Minang juga sukses di jagad hiburan, baik sutradara, pemeran dan penyanyi.

Sutradara di antaranya Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani dan Arizal. Film-film karya sineas Minang, seperti Lewat Djam Malam, Gita Cinta dari SMA, Naga Bonar, Pintar Pintar Bodoh, dan Maju Kena Mundur Kena, menjadi film terbaik dan banyak digemari penonton.

Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal, seperti Ade Irawan, Dorce Gamalama, Eva Arnaz, Nirina Zubir, Titi Sjuman, Jajang C Noer, Soekarno M. Noor, dan putranya Rano karno telah menghasilkan produksi serial terlaris seperti Si Doel Anak Sekolahan. Di luar negeri, konstribusi orang Minang juga dikenal.

Sejarawan dari Minangkabau yaitu Alfian dan Asvi Warman Adam. Di Kepolisian yang pernah menjadi Kepala Kepolisian Negara RI (Kapolri) yaitu Awaloedin Djamin.Di bidang militer, yaitu Letjen (Purn) Rais Abin. Di usianya menuju 92, beliau masih dipercaya menjadi Ketua Umum Legiun Veteran RI (LVRI). Ketika masih berpangkat Mayor Jenderal, Rais Abin dipercaya menjadi Panglima Pasukan PBB di Timur Tengah.

Di Malaysia dan Singapura, antara lain Tuanku Abdul Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishaq (presiden pertama Singapura), Zubir Said (Komposer Lagu Kebangsaan Singapura, Majulah Singapura), Sheikh Muszaphar Shukor (Astronot pertama Malaysia), Tahir Jalaluddin Al-Azhari dan Adnan bin saidi. Di negeri Belanda, Roestam Effendi menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk di parlemen Belanda.

Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, orang non Arab yang pernah menjadi Imam Besar Masjidil Haram, Mekah. Keberhasilan yang disebutkan karena orang Minangkabau terkenal dengan pekerja keras. Baik dalam pemikiran maupun bidang lainnya. Itu juga erat dengan kebiasaan orang Padang (Minang) yang gemar merantau sehingga semangat untuk merubah nasib sangat tinggi.

Melalui peringatan 40 tahun wafatnya Bung Hatta ini, kita sebagai sebuah negara-bangsa (nation-state) kembali diingatkan betapa besar kontribusi Minang bagi Indonesia dan ke-Indonesia-an. Ini menjadi penting di tengah isu yang keutuhan bangsa pasca perhelatan pesta demokrasi yang cukup menguras tenaga, pikiran bahkan harta dan nyawa. Bahwa sebenarnya sebagai sebuah bangsa kita telah dewasa sejak bahkan negara ini terbentuk sebagai sebuah entitas politik.

Kesederhanaan dan keteladanan Bung Hatta yang kita peringati kepergiannya hari ini, menjadi momentum penting untuk bercermin pada sejarah bapak dan ibu bangsa (founding fathers and mothers) tentang arti penting bersatu kita teguh, “bercerai” kita runtuh. Sang Bung yang bersama kita doakan ini, semoga spiritnya menjadi semangat kita bersama menuju Indonesia lebih baik sebagaimana yang beliau cita-citakan. Dahulu.

 

DASMAN DJAMALUDDIN

Jurnalis dan Sejarawan Senior

RELATED ARTICLES

Most Popular