
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Presiden Prabowo Subianto menyatakan tidak akan melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat. Pernyataan ini mengejutkan publik, mengingat sebelumnya ia melontarkan kritik keras terhadap kinerja para pejabat negara dan menegaskan pentingnya integritas di lingkup pemerintahan.
“Tim saya sudah bekerja dengan baik. Menteri-menteri saya sudah bekerja cukup memuaskan. Saya tidak berencana me-reshuffle kabinet dalam waktu dekat,” kata Prabowo kepada awak media, Kamis (13/6/2025).
Pernyataan itu menjadi kontras mencolok dengan pidato Prabowo pada peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni lalu. Kala itu, Presiden secara tegas mengingatkan bahwa pejabat yang tidak sanggup bekerja sebaiknya mundur sebelum diberhentikan. Ia juga menyinggung masih maraknya korupsi dan penyelewengan di dalam pemerintahan.
“Saya melihat masih terlalu banyak penyelewengan, masih terlalu banyak korupsi, masih terlalu banyak manipulasi yang dilakukan justru di dalam pemerintahan. Saya tidak pandang bulu,” ujar Prabowo dengan nada tinggi.
Namun dua pekan setelahnya, nada keras itu berubah menjadi sanjungan. Prabowo memuji para menterinya sebagai telah “bekerja memuaskan”, termasuk sejumlah nama yang dinilai publik bermasalah.
Sikap ini menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk dari wartawan senior Edy Mulyadi yang menilai langkah Prabowo kontradiktif dengan semangat perubahan yang dijanjikannya.
“Kalau Tito Karnavian yang memindahkan pulau tanpa prosedur, atau Bahlil yang membela perusakan lingkungan di Raja Ampat dianggap memuaskan, pertanyaannya: memuaskan bagi siapa? Bagi rakyat atau bagi oligarki?” ujar Edy dalam pernyataan tertulisnya yang diterima redaksi media ini, Sabtu (15/6/2025).
Menurutnya, banyak menteri di kabinet saat ini adalah “titipan rezim sebelumnya” yang justru menjadi beban moral dan politik bagi pemerintahan Prabowo. Ia menyebut sikap Presiden sebagai paradoks: mengkritik elite busuk, namun tetap memelihara tokoh-tokoh bermasalah.
Edy juga menegaskan bahwa kritik yang dilontarkannya adalah bentuk dukungan agar Prabowo tidak kehilangan arah. “Saya bantu bukan dengan sanjungan, tapi peringatan. Agar beliau sadar dan tidak terjebak dalam pusaran politik warisan Jokowi,” ungkapnya.
Ia mengaku telah mengirimkan link pernyataan Presiden soal reshuffle kepada orang-orang dekat Prabowo, disertai pesan tajam: “Mau dibantuin kok malah muter-muter terus. Serius enggak sih mau beresin Indonesia?”
Di tengah sorotan publik, Presiden Prabowo kini dinilai menghadapi ujian kepercayaan. Apakah ia benar-benar akan menjalankan misi perubahan, atau sekadar mewarisi dan merawat struktur lama yang sudah dikritiknya sendiri?
“Rakyat sudah terlalu lama menunggu. Yang dibutuhkan bukan pidato heroik, tapi tindakan tegas. Jangan sampai reshuffle yang diharapkan menjadi simbol pembersihan, justru berubah menjadi simbol ketidaktegasan,” pungkas Edy.(*)
Editor: Tommy dan Abdel Rafi



