Surabaya, – Senin pagi bersama kopi tak lengkap rasanya jika belum ditemani bacaan koran. Di salah satu sudut berita harian ternama nasional, memuat adanya peluncuran rute transportasi publik baru Terminal Purabaya (Bungurasih) – Unair Kampus C. Kabar baik bagi warga Surabaya sekitarnya, sebab rute ini melewati banyak sekolah, kampus, hingga perkantoran dan bahkan kantor-kantor pemerintahan.
Tak berpikir lama, bersama tim Cakrawarta lainnya, saya berhasrat mencicipi fasilitas terbaru dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya ini. Berangkat menuju Unair Kampus C, setelah memarkir kendaraan di GOR, tim berjalan menuju halte Unair Kampus C. Tak butuh waktu lama, bus listrik Suroboyo Bus ini muncul dalam 5 menit. Keberadaan bus juga bisa dilacak secara real-time di aplikasi milik Dishub, Mitra Darat.
Kesan pertama yang hadir memang rasa nyaman, meski hal ini bisa jadi karena baru hari pertama peluncuran dan masih sepi penumpang. Sebab pagi itu baru kami berdua yang jadi penumpang. Lainnya adalah operator bus, helper, dan pengemudi.
Dalam perjalanan memang masih banyak warga yang kecele manakala hendak naik bus listrik ini,
“Oh, tak kira Trans Semanggi rute Kejawan Putih Tambak-UNESA,” ujar beberapa warga yang tidak jadi naik.
Selain baru beroperasi di hari pertama dan beberapa rutenya beririsan dengan rute Trans Semanggi dan Suroboyo Bus lainnya, bus listrik ini juga berwarna dasar merah, sama dengan warna bus Trans Semanggi dan Suroboyo Bus rute Purabaya-Perak. Membuat beberapa warga hampir keliru naik bus. Beruntung helper bus sigap menanyakan setiap calon penumpang yang hendak naik.
Sufi, helper bus menjelaskan tentang mekanisme pembayaran bus listrik ini dengan sangat ramah, baik dan mendetail.
“Pembayaran sementara ini bisa lewat scan Qris. Untuk umum 5 ribu rupiah, pelajar dan mahasiwa Rp 2.500,-, sedang lansia, difabel, veteran, dan anak-anak (di bawah 5 tahun) gratis,” jelasnya.
Tahu bahwa kami penumpang pertama di bus listrik tersebut, operator dari Yutaka -pihak ketiga operasional bus- bernama Septo Susanto menghampiri kami untuk mengobrol. Ia berinisiatif memberikan penjelasan panjang lebar serta mendetail mengingat sepanjang perjalanan awal kami banyak bertanya pada helper bus.
“Perkenalkan saya Septo Susanto, izin menjelaskan beberapa hal tentang bus ini. Beroperasi sejak pukul 05.30 WIB hingga 22.30 WIB, bus listrik ini berhenti di total 66 titik perhentian. Untuk keamanan, ada 8 CCTV di dalam dan di luar. Terkoneksi dengan sentral Dishub langsung dan CCTV bisa digunakan komunikasi dua arah,” papar Septo -sapaan akrabnya-.
“Ini sistem yang dipakai merupakan sistem ter-update On Board dan basisnya sudah 4G. Kalau di Jakarta aja yang Trans Jakarta masih 2G Loh. Jadi pertama digunakan di Surabaya untuk bus listrik Suroboyo Bus ini,” imbuh Septo membanggakan sistemnya.
Bus buatan jenama ternama asal Korea Selatan, Hyundai, ini berkapasitas 31 orang, termasuk pengemudi dan helper. Rinciannya 20 kursi duduk dan 9 orang berdiri untuk penumpang, satu untuk helper dan satu untuk driver bus. Dilengkapi dua alat pemadam kebakaran standar, alat pemecah kaca 4 buah serta dua bak sampah mini.
Dengan ukuran bus yang tak terlampau besar seperti Trans Semanggi dan Suroboyo Bus rute Purabaya-Perak, maka wajar bus listrik ini mampu menjangkau beberapa rute yang ukuran lebar jalannya tak terlalu besar.
“Jadi di jam berangkat awal sekitar pukul 5 pagi ada 4 bus listrik dari arah Terminal Purabaya ke Unair Kampus C dan di saat bersamaan juga dari arah Halte Unair Kampus C berangkat 4 bus listrik dengan masing-masing melewati 33 titik pemberhentian,” terang Septo detail.
Setelah sekitar 90 menit kami berjalan dari Unair Kampus C, akhirnya sampai juga di Terminal Purabaya. Bus berhenti 15 menit dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Unair Kampus C. Dan ternyata durasi waktu dari Terminal Purabaya ke Unair Kampus C dapat ditempuh lebih cepat, sekitar 60 menit saja. Tentu di waktu normal dan bukan momen rush hour.
Tentu bus ini cocok bagi para pekerja, pelajar, dan warga Surabaya sekitarnya yang tinggal, bekerja atau belajar di dekat rute-tute yang dilewati. Bus ini pun kesan aman dan nyaman bisa kita dapatkan sejak pertama kali naik.
Beberapa hal yang patut jadi catatan adalah tentang mekanisme pembayaran yang masih hanya menggunakan Qris, belum ada fasilitas pembayaran via kartu e-money atau e-toll.
“Perkiraan pembayaran menggunakan semua jenis e-money termasuk e-toll pada Desember mendatang mas. Kan ini masih tahap sosialiasi perdana dan semuanya dalam tahapan pengawasan, bertahap semua,” ujar Septo menjawab kegelisahan kami.
Catatan berikutnya adalah baru tersedianya pelacakan secara real-time via aplikasi Mitra Darat milik Dishub Surabaya yang tentu perlu dilanjutkan upaya integrasi dengan aplikasi Gobis yang tentu sudah sebagian besar pengguna atau warga Surabaya telah memilikinya di gawai canggih milik mereka. Mengapa integrasi ini penting? Tentu agar warga Surabaya tidak perlu banyak-banyak aplikasi yang diunduh dan bisa menjadi kendala teknis tingkat penggunaan moda transportasi publik yang canggih nan murah ini.
Sementara itu, bagi para pecinta gowes atau bersepeda, sepertinya harus bersabar dahulu karena belum ada fasilitas rak sepeda sebagaimana yang disediakan di Trans Semanggi maupun Suroboyo Bus rute Purabaya-Perak. Selain itu nampak tak terlihat colokan untuk sekadar mengisi daya gawai juga patut dipertimbangkan untuk disediakan.
Last but not least, sepertinya Pemkot Surabaya lebih memperhatikan istilah yang disebut dengan halte dimana 95% hanya berupa plang kecil bertuliskan Bus Stop dan gambar bus yang kerap tak kasat mata. Ke depan tentu berharap yang disebut halte adalah sebagaimana yang dipikirkan publik, setidaknya seperti yang ada di sekitar RSUD Dr. Soetomo atau Lapangan Hockey Surabaya.
Rute Bus Listrik
Adapun rute yang kami lewati sejak berangkat adalah Halte Unair Kampus C dekat Masjid Ulul Azmi, lalu pemberhentian berikutnya di depan Rumah Sakit Unair dan dilanjut di depan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair.
Selanjutnya, adalah putar balik dan pada titik yang sama seberang pintu masuk Unair terdapat dua titik pemberhentian termasuk di seberang jalan danau Unair dan di dekat Mie Gacoan.
Berikutnya melewati areal Mulyorejo menuju Dharmahusada dengan dua halte yaitu SMA dan SMP Hidayatul Ummah Mulyorejo lalu berlanjut ke Halte Simpang Dharmahusada Utara (seberang Ella Skin Care). Selanjutnya, bus stop dilanjutkan di Halte SWK Dharmahusada diikuti Halte SMKN 5, halte Mojokidul (dekat Makadata) dan Halte Kedung Tarukan Baru (dekat minimarket Sakinah).
Bus listrik terus melaju lurus melewati lampu merah menuju Halte RSUD Dr Soetomo meliputi bawah JPO seberang FK Unair dilanjutkan IGD Dr Soetomo menuju Halte Unair Kampus B (eks BTN Unair).
Rute berikutnya adalah Halte Pamulangan (depan Uda Wandi) lanjut Halte Puskesmas Pucang Sewu (turun depan Indomaret), lalu Halte Ngagel Jaya dilanjut Halte Ngagel Jaya Selatan (dekat TB Uranus) menuju Halte Krukah Timur, Halte depan Bilka, Halte Ubaya Ngagel, Halte Taman Flora, Halte Manyar (eks Bakso Bujangan), halte Nginden (seberang Hotel), Halte SMAN 16/SMP 39, Halte Prapen Indah Timur (turun depan Yoshinoya), Halte Dinkes Surabaya, Halte Pertamina, Halte RSI Jemursari, Halte Jemur Ngawinan (turun bawah JPO), Halte Siwalankerto (turun depan makam umum) dan halte terakhir sebelum menuju Terminal Purabaya adalah Halte Kertomenanggal. (***)
Reporter: Abdel Rafi
Editor: Tommy
Foto: Tommy
Mantap, tulisan yang bagus