Thursday, May 22, 2025
spot_img
HomeGagasanMBG, Strategi Indonesia Hadapi “Perang Dagang” Trump

MBG, Strategi Indonesia Hadapi “Perang Dagang” Trump

Disaat dunia masih dalam perayaan Idul Fitri, pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang menaikkan bea masuk minimal 10% untuk semua barang impor.

Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak signifikan, dengan tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan pada berbagai produk ekspor ke AS, termasuk tekstil, alas kaki, dan minyak kelapa sawit. Langkah ini berpotensi mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar AS, yang selama ini merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga setelah Tiongkok dan Jepang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan kebijakan ini dapat menekan kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 0,5%, atau setara dengan potensi kehilangan devisa sekitar US$ 3,5 miliar pada 2025. Selain itu, kebijakan tarif ini juga berpotensi menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran. Sektor manufaktur, terutama industri tekstil dan alas kaki yang sangat bergantung pada ekspor ke AS, diperkirakan akan mengalami penurunan produksi yang signifikan.

Hal ini dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, sektor tekstil dan alas kaki mempekerjakan sekitar 3 juta tenaga kerja. Jika 20% dari tenaga kerja tersebut terkena PHK akibat penurunan permintaan ekspor, maka sekitar 600.000 orang berisiko kehilangan pekerjaan.

Menghadapi tantangan ini, pemerintah berupaya memperkuat perekonomian domestik melalui berbagai strategi. Salah satunya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang luas, termasuk mendorong produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan. 

MBG sebagai solusi

Program MBG yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto mencakup penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah dengan menggunakan bahan pangan lokal. Di tengah perang dagang yang digencarkan Trump, program MBG menjadi solusi karena mampu menciptakan efek pengganda yang signifikan terhadap perekonomian nasional.

Salah satu dampak utama MBG adalah peningkatan permintaan terhadap produk pertanian dalam negeri. Dengan adanya pasar yang stabil dari pemerintah, petani dan produsen lokal memiliki insentif untuk meningkatkan produksi. Salah satunya dibuktikan oleh PT Jatim Grha Utama. Sebagai salah satu produsen beras fortifikasi di Indonesia, perusahaan ini mencatat peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan MBG. Beras fortifikasi yang digunakan dalam program ini telah memenuhi standar SNI 9314:2024 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada Desember 2024. Produk ini juga diperkaya dengan delapan vitamin serta mineral penting untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat.

Sementara itu, selama ini Indonesia masih bergantung pada impor berbagai komoditas pangan, seperti gandum dan kedelai. Dengan MBG yang berbasis pada bahan pangan lokal, defisit perdagangan pangan diperkirakan dapat berkurang hingga 15% pada 2026. Diversifikasi pangan juga menjadi bagian dari strategi ini, dengan memanfaatkan sumber protein lokal seperti ikan dan telur. Hal ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan nasional tetapi juga membantu menjaga stabilitas harga komoditas di dalam negeri.

Kajian yang dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan bahwa alokasi anggaran MBG sebesar Rp 71 triliun pada 2025 berpotensi meningkatkan PDB sebesar Rp 14,61 triliun, menciptakan 500.000 lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan upah riil hingga 0,39%. Dampak ini menunjukkan bahwa MBG bukan hanya program sosial, tetapi juga strategi ekonomi yang dapat memperkuat pasar domestik dan mengurangi dampak ketidakpastian perdagangan global.

Beras Fortifikasi

Salah satu elemen kunci dalam MBG adalah penggunaan beras fortifikasi, yaitu beras yang diperkaya dengan zat besi, asam folat, dan vitamin B kompleks. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan prevalensi stunting, yang saat ini masih berada di angka 21,6%. Pemerintah menargetkan penurunan stunting hingga di bawah 14% pada 2029, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Penggunaan beras fortifikasi dalam MBG diharapkan menjadi langkah strategis untuk mencapai target tersebut.

Selain itu, fortifikasi beras juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam jangka panjang. Menurut Bank Dunia, setiap peningkatan 1% dalam kualitas gizi dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 4%.

Tantangan Implementasi MBG

Meski memiliki potensi besar, implementasi MBG menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi agar program ini berjalan optimal.

Program MBG mencakup lebih dari 50 juta anak sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di daerah terpencil. Infrastruktur distribusi yang belum merata menjadi kendala utama dalam penyaluran bahan pangan ke wilayah seperti Papua dan Maluku.

Dengan anggaran yang mencapai Rp 71 triliun, pengawasan ketat diperlukan untuk mencegah kebocoran dana. Indonesia Corruption Watch (ICW) menyoroti bahwa penyimpangan dalam program bantuan sosial sebelumnya menjadi pelajaran penting dalam memastikan transparansi dan akuntabilitas MBG. Selain itu, petani dan produsen pangan lokal menghadapi tantangan dalam memenuhi standar mutu beras fortifikasi sesuai SNI 9314:2024. Peningkatan kapasitas produksi dan modernisasi teknologi menjadi kebutuhan mendesak agar bahan pangan yang digunakan dalam MBG tetap berkualitas tinggi.

Pada akhirnya, di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan proteksionis AS, MBG menjadi langkah strategis Indonesia untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan pangan nasional.

Program ini tidak hanya memberikan manfaat sosial dengan meningkatkan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan industri pangan dalam negeri.

Tak pelak, MBG menyimpan potensi kekuatan sebagai penopang untuk menghadapi perang dagang yang ditabuh Trump.

 

MIRZA MUTTAQIEN

Mahasiswa Doktor Hukum Pembangunan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Airlangga dan Direktur Utama PT Jatim Grha Utama

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular