Friday, April 19, 2024
HomeGagasanJokowinomic, Deflasi dan Jatuhnya Daya Beli Masyarakat

Jokowinomic, Deflasi dan Jatuhnya Daya Beli Masyarakat

images (12)

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan April 2016 mengalami deflasi sebesar 0,45% secara bulanan (month to month/mtm). Menurut Bank Indonesia (BI), deflasi disebabkan oleh penurunan harga BBM, panen raya dan tarif dasar listrik dengan catatan sebagai berikut, deflasi IHK terutama disumbang deflasi komponen barang yang diatur pemerintah (administered prices) dan komponen bahan makanan bergejolak (volatile foods).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan (yoy) mencapai 3,60% serta berada dalam kisaran sasaran inflasi BI, yaitu sebesar 4 plus minus 1 persen (yoy). Kelompok administered prices (AP) secara bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) mencatat deflasi masing-masing 1,70% (mtm) dan 0,84% (yoy). Deflasi kelompok AP pada bulan April 2016 terutama didorong penurunan harga BBM, tarif angkutan umum, dan tarif tenaga listrik (TTL).

Kelompok volatile foods (VF) secara bulanan mencatat deflasi sebesar 1,04% (mtm), atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 9,44% (yoy). Deflasi kelompok VF terutama bersumber dari penurunan harga komoditas cabai merah dan beras, seiring dengan berlangsungnya panen raya.

Selain itu, deflasi VF juga didorong oleh penurunan harga ikan segar, daging ayam ras, dan cabai rawit. Tetapi, inflasi inti masih relatif rendah dan tercatat sebesar 0,15% (mtm) atau 3,41% (yoy), terutama karena terjaganya ekspektasi inflasi dan masih terbatasnya permintaan domestik.

Lalu, mari kita ulas bersama apakah benar deflasi yang terjadi saat ini karena kinerja perekonomian pemerintahan Jokowi?

Ada banyak penyebab terjadinya deflasi misalnya karena daya beli masyarakat yang semakin menurun yang diakibatkan oleh makin turunnya pendapatan masyarakat akibat hilangnya sumber pendapatan mereka seperti PHK, gaji buruh yang dibayar dibawa UMR, deflasi saat ini terjadi juga akibat banjirnya barang impor cuci gudang dari China dimana di China terjadi over capacity production sehingga harus mengobral murah-murah hasil industrinya.

Jadi tidak benar deflasi yang terjadi saat ini lebih dikarenakan oleh kinerja ekonomi pemerintahan Jokowi yang melakukan kebijakan penurunan harga BBM, TDL dan panen raya. Karena ketiga faktor tersebut tidak mempengaruhi turunnya nilai inflansi, yang terjadi justru industri penghasil barang dan jasa di Indonesia mengurangi produksinya akibat daya beli masyarakat yang makin menurun sehingga barang dan jasa yang dihasilkan industri dalam negeri tidak laku dan kalah bersaing dengan barang-barang dari China.

Kalau deflasi dikatakan karena panen raya itu juga bohong besar, harga pangan murah juga akibat membanjirnya impor pangan. Hal lain karena untuk menghadapi hari raya pemerintah juga mencanangkan impor besar-besaran produk pangan seperti gula, beras, dan barang lainnya sehingga jelas bohong besar kalau deflasi disebabkan oleh panen raya.

Diperkirakan akibat deflasi yang tidak didasari oleh kinerja ekonomi nasional misalnya akibat biaya produksi yang menurun atau kebijakan yang mengarah turun nilai inflansi, akan menyebabkan depresi ekonomi dengan dibarengi dengan jatuhnya kurs nilai mata uang rupiah terhadap USD, serta angka pengangguran yang terus meningkat serta hancurnya industri nasional akibat tidak mampu bersaing dengan produk produk import.

Jadi pemerintahan Jokowi hingga saat ini saja dengan dana Luar Negeri yang masuk ke dalam negeri itu bukan karena foreign direct investment, tetapi karena penjualan surat utang negara (SUN) dan obligasi pemerintah di luar negeri. Jadi tunggu saja deflasi yang terjadi saat ini akan mengarah pada kontraksi ekonomi yang mengakibatkan depresi ekonomi yang akan diikuti hancurnya industri nasional dan kolapsnya perbankan akibat kredit macet dan ketidakmampuan sektor industri serta sektor properti yang tidak mampu membayar kredit bank.

Jadi hati-hati jika tidak ditangani dengan baik masalah deflasi negatif ini akan menimbulkan depresi ekonomi yang mengarah pada krisis ekonomi yang mana akan melahirkan ledakan pengangguran besar-besaran. Semoga tidak tentunya.

ARIEF POYUONO
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular