Mungkin sebagian orang akan kaget membaca judul catatan di atas, “Jokowi Menjadi Advokat Ahok”. Tapi, bisa juga bagi sebagian yang lain tidak akan kaget. Bahkan tersenyum geli dengan judul di atas.
Namanya pertemanan, apalagi pernah satu sekoci di DKI, pastilah ada perasaan ‘Bela Kawan’ itu pasti akan dilakukan, apalagi itu menyangkut kepentingan menyelamatkan kawan di saat dalam keadaan yang sangat berbahaya mengancam nyawa dan keselamatan. Teman yang baik pasti akan melakukan apa saja demi keselamatan temannya itu.
Belakangan, tersiar berita bahwa Jokowi melarang polisi dan jaksa mempidanakan kebijakan Kepala Daerah. Sehingga sebagian orang menafsirkan, Jokowi sedang melakukan advokasi atau pembelaan terhadap Ahok, mengingat Ahok sangat sering di beritakan namanya terkait dengan sejumlah kasus dugaan tindakan pidana korupsi. Katakanlah kasus taman BMW, pengadaan UPS, Rumah Sakit Sumber Waras, reklamasi Teluk Jakarta, belakangan kasus tanah di Cengkareng, Jakarta Barat. Penafsiran sebahagian orang itu bukan ngawur, karena didasarkan pada beberapa bukti dan fakta.
Sebelum muncul pelarangan kepada jaksa dan polisi untuk mempidanakan kebijakan Kepala Daerah itu, nama Istana sudah seringkali disebut dalam kasus Rumah Sakit Sumber Waras yang sedang diusut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sehingga penyebutan Istana dalam kasus-kasus yang membelit Ahok, tidak asing dan aneh lagi. Lebih aneh lagi, Jokowi sebagai penghuni Istana tidak membantah, maka publik anggap pembelaan atau advokasi itu benar adanya.
Persoalan yang menjadi tanda tanya besar adalah ada apa antara Jokowi dan Ahok sehingga Jokowi mau melakukan apa saja untuk menyelamatkan Ahok? Apakah Ahok pegang kartu truf Jokowi, sehingga mantan walikota Solo tersebut sangat ketakutan, sehingga kalau Ahok berteriak, maka Jokowi akan kelimpungan? Ini pertanyaan sederhana dan datar-datar saja. Siapa pun pasti dan boleh menanyakan itu, kalau mencermati hubungan spesial antara mantan walikota dan mantan bupati itu.
Pertanyaan dan rasa penasaran itu selamanya akan bergelayut di kepala sebagian kalangan sampai Jokowi mau bersuara. Jika tidak bersuara, bisa saja pertanyaan itu sewaktu-waktu akan menjadi kekuatan untuk menyadarkan dan membangkitkan semangat publik untuk memberikan tekanan secara sosial pun juga politis. Karena rakyat menganggap ada yang tidak beres dan ada ketidakadilan hukum serta perlakuan istimewa oleh Jokowi terhadap Ahok.
MUSLIM ARBI
Kordinator Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi (GALAK)